Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakyat Lepas Kepergian Sihanouk

Kompas.com - 02/02/2013, 02:43 WIB

Phnom Penh, Jumat - Rakyat Kamboja memenuhi jalanan ibu kota di Phnom Penh, Jumat (1/2), untuk melepas kepergian mantan Raja Kamboja Norodom Sihanouk. Sihanouk, yang memimpin Kamboja selama enam dekade yang penuh warna, meninggal dunia di Beijing, Oktober lalu, dalam usia 89 tahun.

Ratusan ribu warga yang mengenakan pakaian putih dan hitam berdatangan sejak subuh untuk memberi penghormatan terakhir kepada pemimpin yang mereka cintai itu. Mereka menunggu dengan sabar di tepi jalan saat prosesi peti jenazah Sihanouk, diiringi pasukan pengawal istana berpakaian putih, melewati jalan-jalan utama di kota itu menuju tempat kremasi.

Sihanouk turun takhta pada 2004 setelah memimpin Kamboja melewati sejumlah peristiwa penting bangsanya. Mulai dari kemerdekaan dari Perancis, perang saudara, kekejaman rezim Khmer Merah, pengasingannya ke China, dan era perdamaian pada dekade terakhir.

Warga lanjut usia Kamboja mengenang jasanya saat stabilitas politik dialami Kamboja dekade 1950-an hingga 1960-an sebelum Khmer Merah berkuasa. Tak kurang 2 juta orang tewas pada era Khmer Merah, termasuk lima dari 14 anak Sihanouk.

”Dia melakukan banyak hal besar untuk negeri ini. Saya merasa sangat kehilangan,” ujar Suon Toch (70), yang bersama keluarganya menunggu prosesi.

Putri Monique, istri Sihanouk, dengan air mata berlinang berjalan di belakang peti jenazah, didampingi putra mereka, Raja Norodom Sihamoni. Sebanyak 101 tembakan salvo dilepaskan mengawali prosesi yang dipimpin dua biksu menuju krematorium khusus di pusat kota. Sejumlah layar lebar dipasang di pinggiran kota agar rakyat dapat menyaksikan prosesi tersebut.

Sihanouk dinobatkan sebagai raja pada usia 18 tahun oleh Perancis kemudian berkembang menjadi ikon politik dan bangsa Kamboja. Saat digulingkan oleh Jenderal Lon Nol yang didukung Amerika Serikat, Sihanouk bersekutu dengan Khmer Merah meski akhirnya menjadi tahanan rumah saat rezim itu berkuasa.

Sebelum Vietnam menyingkirkan Khmer Merah tahun 1979, Sihanouk mengasingkan diri ke China. Dia kembali bertakhta pada 1993 meski kekuasaan politiknya dipangkas habis. Meninggalnya Sihanouk dinilai sebagai akhir monarki di negara yang kini dipimpin oleh Perdana Menteri Hun Sen itu.

Jenazah Sihanouk, yang diawetkan selama tiga bulan sejak kematiannya, akan berada di krematorium hingga Minggu. Putri Monique dan Raja Sihamoni kemudian akan menyalakan api kremasi. Setelah itu, abu jenazah Sihanouk akan disimpan dalam bejana emas di dalam istana seperti keinginannya.(AP/AFp/Was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com