Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peretas China Serang Situs 'The New York Times'

Kompas.com - 31/01/2013, 16:11 WIB

NEW YORK, KOMPAS.com — Peretas dari China telah "berulang kali" menyusup ke situs harian The New York Times dalam empat bulan terakhir, seperti disampaikan oleh koran tersebut.

The New York Times mengatakan serangan itu bertepatan dengan sebuah laporan yang mengklaim keluarga Perdana Menteri China Wen Jiabao telah menumpuk kekayaan sebesar miliaran dollar AS.

Peretas itu menggunakan metode yang telah 'dikaitkan dengan militer China' untuk menyerang e-mail penulis laporan, seperti disampaikan koran tersebut.

Menurut Times, para peretas pertama menyusup ke sistem komputer pada September lalu, ketika laporan tentang kekayaan keluarga Wen hampir tuntas.

Laporan, yang disebutkan 'mencoreng' Pemerintah China, itu menyebutkan bahwa keluarga Wen telah menimbun aset sedikitnya 2,7 miliar dollar AS dari kesepakatan bisnis, tetapi tidak menuduh Perdana Menteri China melakukan kesalahan.

China sensitif terhadap laporan mengenai pemimpinnya, terutama jika berkaitan dengan kekayaan mereka. 

Tidak berdasar

The New York Times mengatakan para peretas itu fokus pada komputer milik David Barboza, kepala biro Shanghai yang menulis laporan tersebut; dan salah satu seniornya, Jim Yardley.

Perusahaan keamanan internet Mandiant, yang disewa oleh Times untuk melacak serangan, mengikuti pergerakan peretas selama empat bulan, untuk mencoba membuat pola dan mengeblok mereka.

Para peretas telah memasang virus yang menyebabkan mereka tidak dapat mengakses komputer yang menggunakan jaringan New York Times, mencuri password para karyawan dan mengakses 53 komputer, sebagian besar di luar kantor Times.

Perusahaan keamanan menemukan upaya untuk menutupi serangan melalui komputer di universitas AS, yang disebutkan "cocok dengan pengalihan yang digunakan dalam serangan Mandiant yang terlacak ke China."

Times mengatakan para ahli telah menemukan bahwa serangan "berawal dari komputer universitas yang sama yang digunakan oleh militer China untuk menyerang kontraktor militer Amerika Serikat pada masa lalu."

Mereka menemukan bahwa peretas sebagian besar mulai bekerja pada pukul 08.00 waktu Beijing.

Pejabat kepala keamanan Mandiant, Richard Bejtlich, mengatakan bahwa "jika Anda melihat setiap serangan diisolasi, Anda tidak bisa bilang, 'ini merupakan militer China'." Namun, pola yang mirip dan target serangan mengindikasikan adanya keterkaitan.

"Ketika Anda melihat kelompok yang sama mencuri data pembangkang China dan aktivis Tibet, kemudian menyerang perusahaan luar angkasa, itu mulai mendorong Anda ke arah sana," kata dia.

Koran itu mengatakan tidak ada pencurian terhadap data pribadi dari staf ataupun konsumen, dan tidak ada upaya untuk mematikan situs.

"Mereka telah merusak sistem kami," kata kepala informasi Marc Frons. Akan tetapi, dia mengatakan mereka tampaknya mencari "nama orang yang kemungkinan memberikan informasi kepada Barboza".

Dalam temuan itu tak ada bukti yang menunjukkan akses terhadap e-mail sensitif atau berkas terkait keluarga Wen, atau para penyusup telah mencari informasi yang tidak berkaitan dengan keluarga Wen, seperti disampaikan koran tersebut.

Menteri Pertahanan China mengatakan kepada surat kabar bahwa meretas merupakan tindakan ilegal dalam hukum mereka.

Menteri Pertahanan Nasional China mengatakan kepada koran tersebut, "Hukum China melarang tindakan yang masuk dalam kategori meretas dan dapat membahayakan keamanan internet" dan "tuduhan tanpa bukti yang kuat bahwa militer China telah melakukan serangan cyber merupakan tindakan yang tidak profesional dan tak berdasar."

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com