Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Milisi Ansar Dine Dipukul Keluar dari Kidal

Kompas.com - 31/01/2013, 02:27 WIB

Sevare, Rabu - Satu demi satu kota yang pernah dikuasai kelompok milisi Ansar Dine di Mali utara direbut kembali oleh pasukan gabungan yang dipimpin Perancis. Setelah menguasai Gao dan Timbuktu, militer Perancis dan Mali, Rabu (30/1), merebut kembali kota Kidal.

Sama seperti di kota Gao dan Timbuktu, kesuksesan Perancis dan Mali memukul mundur milisi binaan Al Qaeda itu dari Kidal juga disambut gembira warga. Ketua Majelis Wilayah Kidal Haminy Belco Maiga menjelaskan, pasukan Perancis itu tidak mendapat perlawanan dari milisi ketika mereka tiba di Kidal.

Tempat pertama yang dikuasai adalah bandar udara Kidal. ”Pasukan Perancis tiba, Selasa pukul 21.30, dengan empat pesawat dan beberapa helikopter. Mereka mendarat susul-menyusul. Setelah merebut bandara, mereka masuk ke kota. Tidak ada pertempuran,” kata Maiga.

”Tentara langsung berpatroli dan dua helikopter pun berputar-putar di atas mereka,” ucapnya.

Kidal terletak 1.500 kilometer di timur laut laut Bamako, ibu kota Mali. Sejak April 2012, kota itu dikuasai Ansar Dine. Kamis pekan lalu, satu kelompok milisi yang baru terbentuk di kota ini mengumumkan telah berpisah dari Ansar Dine. Mereka mengklaim menolak ”ekstremisme dan terorisme”, dan ingin menciptakan Mali yang damai.

Di Paris, juru bicara militer Perancis, Kolonel Thierry Burkhard, membenarkan jika tentara Perancis telah menguasai salah satu kota terpenting di Mali utara itu. ”Bandara kota itu berhasil direbut lagi dari milisi pada Selasa malam. Operasi di Kidal sedang berjalan,” katanya.

Hari Selasa, kelompok separatis suku Tuareg menegaskan bahwa mereka telah mengendalikan Kidal dan kota-kota kecil di sekitarnya di Mali utara. Menurut Maiga, kelompok ini sudah lari meninggalkan Kidal.

Perancis, bekas negara penjajah Mali, mulai mengirim pasukan, helikopter, dan pesawat tempur pada 11 Januari. Intervensi itu dilakukan atas permintaan Bamako, yang khawatir terhadap kian kuatnya gerakan separatis dan ekstremis di negeri itu.

Secepat mungkin

Presiden Perancis Francois Hollande mengatakan bahwa pasukan negaranya akan berada di Mali selama masih dibutuhkan. Namun, dia juga mengatakan, pasukan khusus dari negara-negara di Afrika agar secepat mungkin memimpin operasi selanjutnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com