Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Dipukul Mundur, Pemberontak Mali Masih Berbahaya

Kompas.com - 30/01/2013, 14:14 WIB

BAMAKO, KOMPAS.com — Para pengamat di Mali, Rabu (30/1/2013), mengatakan, pemberontak Islam masih menyimpan bahaya meski mereka kehilangan dua basis pentingnya dalam 48 jam.

Pemberontak yang kini bersembunyi di wilayah utara Mali yang luas itu bisa melancarkan perang gerilya, penculikan, hingga serangan bunuh diri.

Dua kota utama di wilayah utara Mali, Gao dan Timbuktu, berhasil direbut pasukan Perancis dan Mali relatif tanpa perlawanan berarti. Namun, itu bukan berarti pemberontak sudah dikalahkan.

"Pemberontak bisa melakukan taktik klasik perang gerilya, termasuk serangan cepat, penculikan hingga pengeboman," kata Kepala Divisi Sub-Sahara Institut Hubungan Internasional Perancis, Alain Antil.

"Kota-kota yang berhasil direbut pasukan Perancis dan Mali bisa menjadi mangsa empuk. Karena tak ada pasukan Mali yang dikerahkan menjaga daerah-daerah terpencil," sambung Antil.

Bahkan, dengan hampir direbutnya Kidal, kota besar terakhir di wilayah utara Mali, para pengamat mengingatkan bahwa menguasai seluruh kota besar maka baru separuh tugas yang terselesaikan.

"Setelah merebut kembali kota-kota besar, maka Anda harus mampu mengelola kota-kota itu dan tetap menjaga kota-kota itu tetap di bawah kendali Anda," kata peneliti Institut Studi Islam dan Komunitas Muslim, Dominique Thomas.

"Itu berarti harus mendirikan pos-pos pemeriksaan, yang berarti adalah pemeriksaan reguler, yang juga berarti mengundang serangan bom dan serangan bunuh diri," tambah Thomas.

Sejumlah laporan menyebutkan, sejumlah pimpinan utama kelompok-kelompok militan Islam, seperti Iyad Ag Ghali dari Ansar Dine dan Abou Zeid dari Al Qaeda Maghribi, tengah menyusun kekuatan di kawasan pegunungan Ifogas dekat kota Kidal, 1.500 km sebelah barat laut ibu kota Bamako, di dekat perbatasan Aljazair.

Kawasan pegunungan ini adalah daerah tempat pemberontakan suku Tuareg berasal.

"Mereka dalam proses untuk menyebar di kawasan utara. Di kawasan pegunungan yang medannya sulit, melakukan pengeboman bukan pekerjaan mudah," kata seorang konsultan masalah terorisme, Jean-Charles Brisard.

"Para pihak yang bertempur kini memasuki fase asimetris baru dalam konflik Mali dan negara lain," tambah Brisard.

Brisard menambahkan, sejumlah kelompok militan sudah mencanangkan pembalasan terhadap Perancis dan semua aset Perancis di seluruh dunia.

"Namun, mereka akan terlebih dulu memikirkan pembalasan di Afrika," papar Brisard.

"Tak ada lagi orang yang aman dari serangan dan tak ada lagi tempat aman. Coba perhatikan komposisi dari serangan Aljazair, semua bangsa ada di dalam kelompok penyerang dan itu telah menunjukkan semuanya," ujar peneliti Institut Hubungan Internasional dan Startegis Paris, Kader Abderrahim.

Serangan di ladang gas In Amenas dilakukan para pejuang dari Aljazair, Tunisia, Kanada, Mesir, Mali, Niger, dan Mauritania.

"Pemberontak akan menyusun kekuatannya di Libya, Aljazair, dan Tunisia," kata pakar gerakan Islam, Souleimane Mangane.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com