Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Satu Anak Karakteristik China

Kompas.com - 30/01/2013, 03:16 WIB

Oleh RENÉ L PATTIRADJAWANE

Memasuki Tahun Ular pada pekan pertama bulan Februari ini, persoalan serius China dengan jumlah penduduk terbesar di dunia menyangkut persoalan demografi yang selama ini diredam melalui kebijakan satu anak. Lelucon, ”di luar bumi dan langit, lainnya adalah Made in China” akan segera berakhir, menyisakan begitu banyak persoalan.

Dunia kini menghadapi masyarakat China yang frustrasi, peradaban ribuan tahun memasuki abad ke-21 yang sudah keburu tua sebelum menjadi kaya. Pada banyak negara, perubahan demografi sebenarnya mudah diantisipasi. Fertilitas dan mortalitas menjadi dua faktor utama yang mendorong ukuran penduduk dan struktur usia yang tidak mudah berubah secara cepat kecuali karena pandemik, perang, atau kelaparan.

Beda halnya dengan China. Perubahan jumlah dan struktur penduduknya menjadi mengkhawatirkan. Sensus penduduk yang dilakukan RRC pada tahun 2010 menunjukkan lebih banyak orang tua dibandingkan dengan orang muda. Sensus penduduk tersebut mencatat 14 persen penduduk China berusia di atas 60 tahun dan 10 persen berusia di atas 65 tahun.

Angka kelahiran di China juga mengkhawatirkan. Rata-rata satu perempuan China hanya melahirkan 1,4 anak, yang terendah di dunia, dibandingkan dengan 1,7 anak untuk rata-rata kelahiran di negara maju. Ini artinya China akan kekurangan angkatan kerja. Pada tahun 2010 tercatat 116 juta orang berusia 20-24 tahun. Angka ini akan menyusut dengan penurunan sekitar 20 persen menjadi 94 juta pada tahun 2020 nanti.

Faktor yang mendorong menurunnya angkatan kerja di China—yang selama tiga dekade berturut-turut menjadi pabrik dunia untuk segala macam produk—adalah meningkatnya partisipasi pendidikan tinggi. Selama tahun 2000-an, angka masuk perguruan tinggi China meningkat dari 2,2 juta orang menjadi 6,6 juta orang. Untuk setingkat akademi naik tajam dari 5,6 juta orang (berusia 18-21 tahun) menjadi 22,3 juta orang.

Hal ini berarti tingkat kelahiran untuk menghasilkan angkatan kerja orang muda diperburuk dengan meluasnya pendidikan tinggi. Pasokan angkatan kerja China akan berkurang secara drastis. Pada tahun 2030 populasi anak muda usia 20-24 tahun hanya akan tercatat 67 juta orang, berkurang 60 persen dibandingkan dengan angka tahun 2010. Bandingkan dengan orang tua berusia 60 tahun ke atas, yang akan mencapai jumlah 360 juta orang pada tahun 2030.

Struktur usia penduduk China juga memengaruhi transisi demografi di negeri itu. China hanya memerlukan waktu 50 tahun untuk meningkatkan usia harapan hidup dari 40 tahun menjadi 70 tahun. Negara-negara maju lain membutuhkan waktu hingga 100 tahun untuk melakukan hal serupa.

Jumlah pembatasan kelahiran juga menurun drastis dari lima anak menjadi dua anak selama 25 tahun di China. Di negara Barat dibutuhkan waktu tiga kali lipat.

China sudah tidak lagi mampu menyediakan buruh murah seperti yang terjadi selama 20 tahun terakhir ini. Mitigasi dampak buruk demografi China berarti perubahan masif dalam sistem sosial yang dijalankan, mulai dari persiapan jaring pengaman sosial yang terkait dengan jaminan sosial dan kesejahteraan umum. Lapangan kerja di China akan meningkatkan mobilitas buruh yang bergerak dari desa ke kota mencapai 220 juta orang.

Bagi China ini bukan persoalan sederhana. Dibutuhkan revolusi berkarakteristik China lain untuk memecahkan persoalan demografi ini. Seperti pepatah China ”qian yi fa er dong quanshen”, menarik sehelai rambut, seluruh badan akan bereaksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com