Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Medvedev: Assad Blunder

Kompas.com - 29/01/2013, 03:55 WIB

Davos, Senin - Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mengkritik sekutunya, Presiden Suriah Bassar al-Assad. Dia menilai Assad telah melakukan blunder yang fatal karena telah menunda reformasi politik.

Kritik Medvedev disampaikan dalam wawancara dengan CNN di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Minggu (27/1). Pernyataan Medvedev itu menjadi kritik pertama Rusia, sekutu terdekat Suriah, yang mulai tidak puas terhadap Assad yang dinilai lamban mengatasi krisis selama 22 bulan ini.

Rusia selalu berada di lini depan membela Assad ketika dunia internasional mendesak Assad mundur. Ketika Barat, Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan Liga Arab mengusulkan resolusi pembentukan pemerintahan transisi Suriah, Rusia dan China selalu menggunakan veto menjegalnya.

”Dia seharusnya bertindak lebih cepat dan mengulurkan tangan kepada oposisi yang telah siap berdamai dan duduk di meja perundingan dengannya,” kata kantor berita Rusia, mengutip Medvedev. ”Ini kesalahan besar dan mungkin juga fatal,” tuturnya.

Medvedev menegaskan lagi sikapnya, ”Saya berpikir bahwa setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan, kemampuan Assad untuk mempertahankan kekuasaannya semakin kecil dan lebih kecil lagi. Namun, saya ulangi lagi, ini harus diputuskan rakyat Suriah, bukan rakyat Rusia, AS, dan bukan negara lain.”

Suriah telah terjebak dalam perang saudara yang mematikan sejak aksi massa prodemokrasi pecah melawan rezim Assad, Maret 2011. Menurut PBB, sudah lebih dari 60.000 orang tewas dan lebih dari 600.000 orang mengungsi karena konflik yang telah berjalan hampir dua tahun itu.

Kecaman

Rusia mendapat kecaman internasional yang hebat karena tidak mendukung resolusi PBB untuk mengakhiri krisis Suriah, sekutu terakhirnya di Arab. Rusia tampaknya tak ingin pangkalan militernya di Suriah terganggu oleh sikapnya menanggapi konflik antara kubu Assad dan oposisi. Moskwa menilai ada bias pro-oposisi di dalam beberapa resolusi yang diusulkan Barat.

Moskwa membantah kalau pihaknya mendukung Assad dan mengatakan khawatir, pelengseran Assad hanya akan memperburuk krisis. ”Saya secara pribadi menyerukan kepada Assad agar segera melakukan reformasi. Dalam pandangan saya, pemimpin Suriah belum siap menggelar perundingan,” katanya.

Medvedev juga memperingatkan situasi di mana elite politik saat ini akan tersapu aksi-aksi bersenjata. ”Pasalnya, perang saudara bisa saja berlangsung hingga beberapa dekade,” ucapnya.

Tugas komunitas internasional saat ini, kata Medvedev, ialah mengajak kedua pihak itu untuk berunding. Bukan hanya menuntut Assad mundur kemudian dieksekusi seperti mendiang bekas Pemimpin Libya Moammar Khadafy, atau digotong ke pengadilan seperti mendiang bekas Presiden Mesir Hosni Mubarak.

Di sisi lain Dewan Pengadilan Tinggi Suriah mengumumkan penghentian penuntutan anggota oposisi sehingga mereka bisa bergabung dalam dialog nasional. ”Dewan memutuskan menghentikan penuntutan semua kekuatan oposisi dan individu sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam dialog nasional,” kata kantor berita SANA.

Pada Sabtu lalu, Menteri Dalam Negeri Suriah Mohammed al-Shaar berjanji untuk memudahkan kembalinya anggota oposisi di pengasingan. Dia juga memungkinkan mereka bergabung di dalam forum dialog nasional seperti diusulkan Assad dalam pidatonya pada 6 Januari.

Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Valerie Amos telah bertemu Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem dan pejabat lainnya di Damaskus, Minggu. Informasi itu disampaikan juru bicaranya, Khaled al-Masri. Sebelumnya, PBB mengatakan akan melakukan operasi bantuan kemanusiaan besar-besaran di Suriah.(AFP/AP/CNN/REUTERS/BBC/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com