Kritik Medvedev disampaikan dalam wawancara dengan CNN di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, Minggu (27/1). Pernyataan Medvedev itu menjadi kritik pertama Rusia, sekutu terdekat Suriah, yang mulai tidak puas terhadap Assad yang dinilai lamban mengatasi krisis selama 22 bulan ini.
Rusia selalu berada di lini depan membela Assad ketika dunia internasional mendesak Assad mundur. Ketika Barat, Amerika Serikat, Perserikatan Bangsa- Bangsa, dan Liga Arab mengusulkan resolusi pembentukan pemerintahan transisi Suriah, Rusia dan China selalu menggunakan veto menjegalnya.
”Dia seharusnya bertindak lebih cepat dan mengulurkan tangan kepada oposisi yang telah siap berdamai dan duduk di meja perundingan dengannya,” kata kantor berita Rusia, mengutip Medvedev. ”Ini kesalahan besar dan mungkin juga fatal,” tuturnya.
Medvedev menegaskan lagi sikapnya, ”Saya berpikir bahwa setiap hari, setiap minggu, dan setiap bulan, kemampuan Assad untuk mempertahankan kekuasaannya semakin kecil dan lebih kecil lagi. Namun, saya ulangi lagi, ini harus diputuskan rakyat Suriah, bukan rakyat Rusia, AS, dan bukan negara lain.”
Suriah telah terjebak dalam perang saudara yang mematikan sejak aksi massa prodemokrasi pecah melawan rezim Assad, Maret 2011. Menurut PBB, sudah lebih dari 60.000 orang tewas dan lebih dari 600.000 orang mengungsi karena konflik yang telah berjalan hampir dua tahun itu.
Rusia mendapat kecaman internasional yang hebat karena tidak mendukung resolusi PBB untuk mengakhiri krisis Suriah, sekutu terakhirnya di Arab.
Moskwa membantah kalau pihaknya mendukung Assad dan mengatakan khawatir, pelengseran Assad hanya akan memperburuk krisis. ”Saya secara pribadi menyerukan kepada Assad agar segera melakukan reformasi. Dalam pandangan saya, pemimpin Suriah belum siap menggelar perundingan,” katanya.
Medvedev juga memperingatkan situasi di mana elite politik saat ini akan tersapu aksi-aksi bersenjata. ”Pasalnya, perang