Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Nurul, Bayi Penderita Kanker Darah

Kompas.com - 28/01/2013, 09:42 WIB
Kontributor Halmahera, Anton Abdul Karim

Penulis

MOROTAI, KOMPAS.com - Nurul Humairah, bayi berumur 11 bulan asal Desa Yayasan, Kecamatan Morotai Selatan, Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara ini hanya bisa merintih setiap harinya. Benjolan di telinga kanannya itu sering kali mengeluarkan nanah bahkan ulat.

Kedua orang tuanya, Rafli Hi Muhammad (25) dan Rini Arif (22) tak punya biaya untuk mengobati Nurul. Saat ditemui Kompas.com, Minggu (27/1/2012) malam, Nurul sering kali merintih kesakitan.

Umurnya yang masih belia, membuat kedua orang tuanya juga kewalahan menenangkan sang buah hati yang lebih banyak rewel.  "Beginilah setiap hari, hanya menangis mungkin karena sakit," ungkap Rini saat menggendong bayi kelahiran 22 Februari 2012 itu.

Penyakit yang diderita Nurul tergolong aneh di daerahnya. Maklum, penyakit seperti itu baru ditemui, apalagi bagi anak seumur Nurul. Rini mengisahkan, awalnya hanya nampak bintik-bintik merah pada bagian pipi dan telinga kanan Nurul.

Seiring waktu, bintik-bintik itu pun mulai membesar dan bahkan menjadi benjolan besar. Setelah itu, cairan berupa nanah sering keluar dari benjolannya. "Iya sering keluar nanah, kadang juga ada gai (ulat) karena sudah membusuk," kata Rini sedih.

Melihat kondisi Nuruk, siapa saja bisa merasakan betapa sakitnya penyakit yang diderita si mungil ini. Sayang, Nurul yang belum bisa berjalan hingga usia 11 bulan itu hanya melampiaskannya dengan tangisan. Kadang hanya merintih, tapi tak jarang ia menangis kencang.

Semenjak muncul bintik-bintik merah pada pipi dan telinga kanan kedua orang tuanya tidak pernah membawa Nurul ke dokter. Mereka terkendala tradisi orang tua Nurul yang ada sejak nenek moyang mereka, yakni bayi yang umurnya belum cukup 44 hari, sama sekali dilarang keluar dari rumah. Karena itu, Nurul baru dibawa ke RS saat berumur 8 bulan.

"Saat itu kita bawa ke RSUD Ternate, tapi karena libur sehingga tidak ada doker makanya kita bawah ke Dokter Teguh (dokter praktek-red)," ungkap Rini.

Hasil diagnosa dokter anak itu menyatakan Nurul menderita kanker darah. Oleh dokter tersebut, mereka disarankan merujuk Nurul ke Makassar untuk dioperasi. Sayang, pekerjaan kedua orang tuanya hanya hanya sebagai tenaga honorer membuat saran dokter tak bisa dilakoni.

Momentum Sail Morotai pada September 2012 kemarin diharapkan menjawab saran dokter agar Nurul di operasi. Maklum saja, momentum itu banyak kegiatan pengobatan gratis dengan menghadirkan dokter ahli dari berbagai elemen. Sayangnya, niat tulus Rini dan Rafli mengobati derita Nurul kembali kandas. Lagi-lagi para dokter ahli yang ditemui saat itu menyarankan agar Nurul di bawa ke Jakarta agar dioperasi.

"Waktu Sail itu banyak dokter ahli yang periksa tapi katanya mereka tidak bawa alat operasi sehingga disarankan agar dibawa ke Jakarta biar dioperasi. Karena katanya penyakitnya ini harus dioperasi," ungkap Rini lagi.

Masalah keuangan selalu saja menjadi tantangan bagi Rini dan Rafli untuk menyembuhkan penderitaan Nurul. Banyak cara sudah ditempuh Rini dan Rafli, termasuk membawa Nurul ke dukun. Namun, kondisinya tidak juga berubah, malah semakin parah.

Kini, Nurul hanya bisa bertahan dengan obat herbal berupa daun teh. Ini berkat saran rekan Rini agar benjolan Nurul itu ditutupi dengan daun teh. "Alhamdulillah, meski tetap begini tapi ada sedikit perubahan saat pakai daun teh itu. Paling tidak bisa meringkankan rasa sakitnya," ucap Rini.

Pasangan suami-istri yang masih numpang di rumah orang tua Rini itu hanya bisa berdoa kiranya ada uluran tangan dari berbagai pihak agar derita anak semata wayangnya itu bisa diakhiri. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com