Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Penyakit Pneumonia

Kompas.com - 27/01/2013, 02:50 WIB

Oleh DR SAMSURIDJAL DJAUZI

Anak saya umur 3 tahun batuk-batuk, demam, dan agak sesak. Cuping hidungnya bergerak jika bernapas. Dokter anak menganjurkan agar anak saya dirawat karena menderita pneumonia. Dokter melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium dan radiologi. Untunglah anak saya dapat disembuhkan dan pulang dari rumah sakit setelah seminggu dirawat. Di rumah saya mempunyai mertua, umurnya di atas 65 tahun. Anak saya juga punya adik berumur setahun. Dokter menganjurkan agar anak saya yang kecil dan mertua saya menjalani imunisasi pneumokok. Imunisasi diharapkan dapat mencegah penularan penyakit pneumonia yang disebabkan oleh kuman yang disebarkan melalui udara.

Apakah pneumonia merupakan penyakit yang sering dijumpai di Indonesia? Kenapa imunisasi pneumonia belum populer di masyarakat. Memang dulu dokter anak kami pernah menganjurkan agar anak saya menjalani imunisasi pneumonia, tetapi belum kami laksanakan karena kami beranggapan vaksin tersebut bukanlah vaksin yang wajib untuk anak. Apakah di rumah tangga dapat terjadi penularan pneumonia, bagaimana mencegahnya selain dengan imunisasi? Terima kasih atas penjelasan dokter.

O di J

Pneumonia merupakan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat, termasuk di Indonesia. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai kuman, tetapi salah satu kuman yang sering menimbulkan pneumonia adalah kuman Streptococcus pneumoniae. Kuman ini dapat menimbulkan infeksi pada telinga tengah (otitis media), sinus paranasal, dan cabang tracheobronkial.

Penularan kuman ini dapat terjadi melalui batuk, bersin, dan udara yang mengandung bakteri. Sebagian orang mengandung kuman ini di tenggoroknya, tetapi dia tidak sakit. Jika tenggoroknya diperiksa dapat ditemukan kuman ini. Keadaan ini yang disebut sebagai kolonisasi kuman, dapat terjadi pada 5 persen sampai 70 persen orang sehat. Kolonisasi kuman ini lebih sering dijumpai pada anak sehingga anak yang mengandung kuman ini dapat menularkan pada orang sekitarnya. Dalam rumah tangga, yang sering terjadi adalah anak menularkan kuman ini kepada kakek atau neneknya.

Untuk mencegah penularan, perlu diusahakan agar orang yang batuk menutup mulut dan hidungnya sehingga kuman tidak bertebaran ke sekelilingnya. Sering mencuci tangan dan jika perlu memakai masker. Selain itu, mencegah penularan penyakit ini kita perlu menjaga kekebalan tubuh dengan nutrisi yang baik, olahraga dan keadaan emosi yang terkendali. Lingkungan udara juga harus baik, usahakan agar ventilasi udara di rumah berjalan dengan baik.

Imunisasi pneumokok

Imunisasi pneumokok dianjurkan kepada anak-anak, orang berusia lanjut, serta orang dewasa yang mempunyai penyakit kronik, seperti penyakit paru obstruktif menahun, diabetes melitus, gagal ginjal kronik, sirosis hati, dan kanker sistem darah. Juga bagi mereka yang pernah mengalami operasi limpa dianjurkan untuk menjalani imunisasi pneumokok. Pada anak, imunisasi ini perlu diberikan beberapa kali tergantung dari umur anak. Namun, pada orang dewasa cukup diberikan satu kali.

Dewasa ini di Indonesia terdapat dua macam vaksin pneumokok, yaitu vaksin polisakarida dan konjugat. Vaksin polisakarida dapat diberikan kepada anak yang berumur dua tahun, sedangkan konjugat dapat diberikan kepada anak yang usianya lebih muda. Manfaat vaksin ini adalah menurunkan risiko penularan kuman Streptococcus pneumoniae. Kuman ini selain menimbulkan penyakit yang relatif ringan, yaitu otitis media dan sinusitis, dapat juga menimbulkan penyakit yang berat, seperti pneumonia, meningitis (radang otak), dan bakteriemia (kuman ditemukan dalam darah).

Penyakit meningitis dan bakteriemia disebut sebagai penyakit pneumonia invasif. Meski pneumonia tidak tergolong penyakit invasif, angka kematiannya tinggi, terutama pada anak dan orang berusia lanjut. Sekitar 52 persen orang yang berusia lanjut yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menderita pneumonia. Karena itulah di negara yang mempunyai dana cukup, imunisasi pneumonia pada orang berusia lanjut sudah merupakan program yang didanai oleh pemerintah atau asuransi.

Di Malaysia, jemaah haji selain diwajibkan untuk menjalani imunisasi meningokok (diwajibkan oleh Pemerintah Arab Saudi) juga amat dianjurkan untuk menjalani imunisasi influenza dan pneumokok. Kalangan kesehatan di Malaysia beranggapan kegiatan haji dapat sekaligus dimanfaatkan untuk menurunkan risiko penularan pneumonia pada sejumlah besar orang. Di negeri kita, jemaah haji dan umrah wajib menjalani imunisasi meningokok dan dianjurkan untuk imunisasi influenza dan pneumokok. Namun, imunisasi pneumokok belum populer di masyarakat sehingga banyak jemaah yang belum merasa perlu untuk diimunisasi.

Imunisasi meningokok perlu diulang setiap dua tahun, sementara influenza tiap tahun. Pneumokok untuk vaksin yang lama setiap lima tahun, sedangkan vaksin baru kemungkinan tidak perlu diulang. Cukup sekali seumur hidup bagi orang yang kekebalannya cukup.

Memang benar vaksin pneumokok masih mahal. Namun, kita harus mulai menyadari bahwa sebenarnya kita cukup banyak mengeluarkan uang untuk barang-barang seperti telepon seluler, tetapi masih amat hemat untuk memelihara kesehatan. Padahal, imunisasi, termasuk imunisasi pneumokok, merupakan investasi.

Sebenarnya semua imunisasi diperlukan oleh anak. Namun, karena keterbatasan dana pemerintah, belum semua imunisasi dapat dibiayai pemerintah, sebagian imunisasi masih menjadi tanggung jawab orangtua.

Imunisasi pneumokok, rotavirus, dan imunisasi lainnya memang belum dibiayai oleh pemerintah. Sambil menunggu kemampuan pemerintah meningkat, sebaiknya orangtua membiayai imunisasi itu agar kesehatan anak mereka dapat terpelihara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com