Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mesir Rusuh, 16 Orang Tewas

Kompas.com - 26/01/2013, 20:15 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Enam belas orang tewas dalam kerusuhan yang pecah di Port Said, Mesir, Sabtu (26/1/2013), pascavonis mati yang dijatuhkan pada 21 terdakwa kasus kerusuhan suporter sepakbola yang menewaskan 74 orang pada Februari 2012.

"Jumlah korban jiwa mencapai 16 orang dan 176 orang lainnya terluka," kata Helmi al-Ifni, kepala dinas kesehatan kantor gubernur setempat.

Dua di antara yang tewas adalah personel kepolisian, kata kementerian dalam negeri dalam pernyataan terpisah. Kementerian itu menambahkan, "banyak korban yang kritis adalah polisi."

Kerusuhan itu pecah setelah pengadilan di Kairo menjatuhkan hukuman mati pada 21 orang dalam salah satu kerusuhan sepak bola terburuk di dunia. Vonis itu memicu upaya pembobolan penjara dan kerusuhan di Port Said, kota asal sebagian besar terdakwa.

Para suporter fanatik dari kedua tim, yang lebih dikenal dengan sebutan Ultras, menuduh polisi juga bertanggung jawab atas jatuhnya korban jiwa di Port Said. Mereka juga mengkritik Presiden Mohamed Mursi tidak mereformasi kepolisian.

Secara khusus suporter fanatik Al-Ahly berada di garis depan dalam demonstrasi tersebut. Namun kemarahan mendidih terjadi di Port Said, di mana warganya merasa dijadikan kambing hitam dalam kerusuhan sepak bola itu.

Bentrok pada 1 Februari 2012 itu terjadi antara suporter fanatik (Ultras) kesebelasan Al-Masry (Port Said) dengan Ultras dari Al-Ahly (Kairo) di Port Said. Tujuh puluh empat suporter Al-Ahly tewas dalam peristiwa itu. Peristiwa itu terjadi ketika fans al-Masry menyerbu lapangan, melempar batu dan kembang api kepada pengunjung. Saat itu, pasukan keamanan disebutkan hanya melakukan sedikit upaya untuk mencegah kerusuhan.

Tak lama setelah vonis dijatuhkan, dua polisi ditembak mati di luar gedung penjara utama Port Said ketika kerabat para terdakwa yang marah menyerbu bangunan itu untuk membebaskan para terdakwa.

Polisi kemudian menembakkan gas airmata, peluru karet dan peluru tajam, ke arah kerumunan massa di depan penjara. Enam orang tewas dalam peristiwa itu, kata pejabat keamanan, yang meminta identitasnya tidak disebutkan karena bukan pihak yang berwenang mengatakan hal itu.

Pejabat keamanan mengatakan, aparat militer telah dikerahkan ke Port Said. Ini merupakan pengerahan pasukan kedua dalam waktu kurang dari 24 jam.

Kuasa hukum para terdakwa mengatakan, semua yang divonis mati adalah pendukung klub Al-Masry.

Sementara itu, hakim Sobhi Abdel-Maquid, dalam pernyataan yang disiarkan secara langsung oleh televisi pemerintah, mengatakan dia akan mengumumkan vonis untuk 52 terdakwa lainnya pada 9 Maret mendatang.

Di antara orang yang diadili dalam kasus itu adalah enam petugas keamanan. Namun tidak satupun dari mereka yang divonis hari ini, kata para pengacara dan pejabat keamanan.

Para pendukung Al-Ahly "menjanjikan" lebih banyak kekerasan jika para terdakwa tidak dijatuhi hukuman mati. Beberapa hari menjelang vonis dijatuhkan, mereka memperingatkan akan terjadi pertumpahan darah dan "pembalasan". Ratusan fans Al-Ahly berkumpul di gelanggang olahraga Kairo sambil menyerukan kecaman terhadap pemerintah dan kepolisian.

Sebelum hakim membacakan ke-21 nama terdakwa, keluarga korban berseru "Allahu Akbar" sambil mengacungkan tangan dan mengangkat foto-foto korban. Hakim memukul palunya beberapa kali untuk menenangkan massa di ruang sidang.

"Sekarang saya ingin melihat sendiri orang-orang itu dieksekusi, seperti mereka melihat terbunuhnya anak saya," kata Nour al-Sabah, yang kehilangan putranya, Ahmed Zakaria, dalam kerusuhan sepak bola itu.

Vonis itu diperkirakan tidak akan meredakan ketegangan antara pendukung fanatik dua tim yang bersaing sejak dulu itu. Sementara itu hakim akan mengungkapkan pada publik alasan vonis mati itu pada 9 Maret, bersamaan dengan pembacaan vonis 52 terdakwa lainnya.

Seorang warga Port Said yang sekaligus pengacara salah seorang terpidana mati mengatakan, vonis itu tidak lebih dari "keputusan politik untuk menenangkan masyarakat."

"Situasi kami di Port Said sangat serius karena anak-anak diambil dari rumah mereka karena mengenakan kaos hijau," kata Mohammed al-Daw, merujuk pada warga tim Al-Masry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com