Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Satu Anak Mungkin Akan Berakhir

Kompas.com - 25/01/2013, 08:29 WIB

China mungkin akan mempertimbangkan untuk memperlunak kebijakan satu anak karena perempuan-perempuan seperti Hu Yanqin, yang tinggal di sebuah desa di tepi Gurun Gobi.

Hu tinggal di Jiuquan, Provinsi Gansu, salah satu tempat langka di China. Di desa ini, penduduk bebas untuk memiliki dua anak sejak 1985. Namun, bahkan ketika dia menikah tujuh tahun lalu, dia tahu hanya akan punya satu anak. Alasannya hanya satu: terlalu mahal untuk punya anak lebih dari satu.

”Orang-orang yang punya dua anak adalah mereka yang berada,” kata Hu (32) ketika mengantar putranya yang berusia enam tahun ke sekolah taman kanak-kanak. ”Mayoritas orang di desa saya hanya punya satu anak.”

Para pendukung perubahan kebijakan satu anak China menggunakan Hu dan jutaan perempuan seperti dia sebagai bukti. Menurut mereka, memperlunak undang-undang tidak akan menyebabkan lonjakan kelahiran di negara paling banyak penduduk di dunia itu.

Jiuquan mempunyai laju kelahiran 8 sampai 9 per 1.000 orang. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang sekitar 12 kelahiran per 1.000 orang.

Kebijakan satu anak, yang diterapkan sejak 1980 bersama reformasi yang telah menyebabkan ekspansi ekonomi yang cepat, semakin dipandang sebagai sebuah halangan bagi pertumbuhan dan penyebab masalah sosial.

Sejumlah proyeksi memperlihatkan, angkatan kerja negara itu yang berjumlah 930 juta mulai menurun tahun 2025 dengan laju sekitar 10 juta per tahun. Sementara itu, populasi warga lanjut usia China akan mencapai 360 juta sebelum tahun 2030, dari sekitar 200 juta tahun 2013.

”Kalau ini berlanjut, tidak akan ada pembayar pajak. Tidak akan ada pekerja ataupun perawat untuk warga lansia,” kata Gu Baochang, guru besar demografi pada Universitas Renmin.

Ahli statistik terkemuka China, Ma Jiantang, mengatakan, Jumat lalu, bahwa negara itu harus mempertimbangkan ”sebuah kebijakan keluarga berencana yang tepat dan ilmiah”. Hal ini disampaikan setelah data memperlihatkan, populasi usia kerja negara itu, usia 15-59 tahun, turun untuk pertama kali.

Pakar ekonomi mengatakan, kebijakan itu juga menyebabkan tingginya tingkat tabungan China. Anak tunggal kerap harus mengurus dua orangtua pensiunan—atau empat orang untuk pasangan menikah. Hal ini meningkatkan kemungkinan, orang dewasa pekerja akan menabung untuk hari tua mereka, dan bukannya membelanjakan.

Harapan bahwa Beijing akan memperlunak pembatasan dan memperbolehkan pasangan mempunyai dua anak meningkat sejak Kongres Partai Komunis, November lalu. Presiden Hu Jintao, di akhir masa jabatannya, menghapus kalimat ”mempertahankan laju kelahiran yang rendah” dalam laporan kerja kongres. Itu untuk pertama kalinya dalam sepuluh tahun, pidato penting oleh pemimpin penting menghapus kalimat itu. Hal ini menjadi indikasi, pemerintah baru yang dipimpin Xi Jinping condong pada reformasi. (Reuters/DI)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com