Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mali, Petualangan Perancis Paling Berisiko

Kompas.com - 22/01/2013, 19:53 WIB

Salah satu bukti lain upaya Perancis menancapkan pengaruhnya di Afrika adalah di Pantai Gading, yang juga bekas jajahannya. Pada 2011, Perancis membantu menggulingkan presiden yang kalah dalam pemilu namun tidak mau turun dari jabatannya. Pasukan Perancis membantu menggulingkannya dan mendudukkan rivalnya sebagai presiden Pantai Gading.

Pemerintah Perancis membantah jika keterlibatannya di Mali adalah bentuk dari neo-kolonialisme. Sebab, intervensi di Mali mendapat dukungan Dewan Keamanan PBB dan sejumlah negara Afrika. Bahkan, pemerintah Mali meminta Perancis untuk mengirimkan pasukannya.

Berlangsung Lama

Petualangan Perancis di Mali, yang dimulai hanya beberapa bulan setelah Perancis menarik pasukannya di Afganistan, nampaknya bakal menjadi salah satu misi Perancis yang paling memakan biaya.

Menlu Perancis Laurent Fabius menggambarkan misi militer Perancis ini hanyalah untuk menahan laju pemberontak, terutama hanya menggunakan serangan udara dan hanya akan berlangsung beberapa pekan saja.

Namun, sejak intervensi Perancis ini bisa melibatkan hingga 4.000 prajurit dan Menhan Jean-Yves Le Drian mengatakan misi militer Perancis di Mali adalah untuk menguasai seluruh wilayah Mali, maka skenario beberapa pekan agaknya tak mungkin terlaksana.

Pernyataan Le Drian itu berarti Perancis kini memiliki misi untuk menghancurkan pemberontakan Islam di bagian utara Mali yang wilayahnya lebih luas dari Perancis. Apalagi, di kawasan gurun pasir seperti itu para pemberontak bisa lebih mudah keluar masuk Mali ke negara-negara tetangganya.

Bahkan PM Inggris David Cameron memperingatkan bertempur melawan militan Islam di kawasan itu membutuhkan waktu bertahun-tahun bahkan mungkin dekade dan tidak mungkin diselesaikan dalam hitungan bulan.

Hal itu sudah terbukti di Afganistan, pasukan AS yang sudah satu dekade berada di negari itu tak kunjung berhasil memadamkan pemberontakan Taliban. Begitu pula dengan kegagalan AS di Somalia.

"Nampaknya di gurun Sahara ini, Perancis akan menghadapi skenario yang sama seperti dihadapi AS di Somalia dan Afganistan," kata Bertrand Badie dari Institut d'Etudes Politiques Paris.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com