Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Boeing 787 "Dreamliner" Dilarang Terbang

Kompas.com - 18/01/2013, 08:25 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kebocoran cairan elektrolit pada baterai lithium-ion yang dipakai pesawat penumpang Boeing 787 ”Dreamliner” bisa memicu kebakaran yang membahayakan keselamatan pesawat. Itu sebabnya, semua pesawat tipe itu di dunia dilarang terbang untuk sementara.

Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA), Rabu (16/1) malam, menyatakan melarang terbang pesawat penumpang terbaru buatan Boeing itu sampai masalah baterai tersebut terselesaikan.

Keputusan FAA hanya berlaku bagi para operator penerbangan di wilayah AS. Namun, keputusan itu langsung diikuti otoritas penerbangan sipil dan sejumlah maskapai operator Dreamliner di seluruh dunia.

Hingga Kamis (17/1), otoritas penerbangan sipil Jepang, Eropa, dan India mengeluarkan larangan sama. Sementara itu maskapai LAN Airlines dari Cile dan Qatar Airways menyusul melarang terbang armada B 787 mereka.

Hanya Ethiopian Airlines dari Etiopia yang belum melarang terbang armada Dreamliner-nya. Meski demikian, Badan Keselamatan Penerbangan Eropa (EASA) menegaskan, keputusan FAA sebagai otoritas penerbangan di negara pembuat B 787 harus berlaku bagi setiap pesawat itu di seluruh dunia.

Keputusan pelarangan terbang ini diambil menyusul serangkaian masalah yang menimpa pesawat berteknologi canggih itu dalam 10 hari terakhir. Semua insiden itu mencapai puncaknya hari Rabu, saat salah satu Dreamliner yang dioperasikan maskapai All Nippon Airways (ANA) di Jepang terpaksa mendarat darurat setelah salah satu baterainya terbakar.

Insiden itu memicu ANA dan Japan Airlines (JAL), sebagai pengguna terbanyak Dreamliner, secara sukarela melarang terbang armada B 787 mereka.

Menghemat bahan bakar

Sebagai pesawat penumpang generasi terbaru, Dreamliner menggunakan sejumlah terobosan teknologi. Pesawat ini adalah pesawat penumpang pertama yang menggunakan bodi komposit untuk mengurangi bobot pesawat dan menghemat konsumsi bahan bakarnya.

Selain itu, pesawat ini juga mengganti sistem hidraulis untuk menggerakkan bagian-bagian pesawat dengan sistem elektrik. Pemanfaatan sistem elektrik yang lebih besar itu membutuhkan baterai yang lebih cepat diisi ulang dan berbentuk ringkas dan ringan.

Boeing kemudian memanfaatkan baterai jenis lithium-ion, sejenis dengan baterai yang lazim digunakan pada telepon seluler ataupun mobil listrik. ”Sayangnya, apa yang dilakukan Boeing untuk mengurangi bobot pesawat adalah dengan menggunakan baterai yang sama dengan yang digunakan di mobil-mobil listrik, dan kini mengalami masalah yang sama,” tutur Paul Czysz, profesor teknik penerbangan dari Universitas St Louis.

Penyelidikan awal oleh Kementerian Transportasi Jepang menemukan baterai utama Dreamliner milik ANA yang mendarat darurat pada hari Rabu lalu telah bocor. Cairan elektrolit di dalam baterai itu, yang bersifat sangat korosif dan mudah terbakar, bocor dan merembes keluar dari tempat penyimpanan baterai di bawah kokpit ke bagian dekat kulit luar pesawat.

Sebelumnya, pada 7 Januari lalu, satu Dreamliner milik JAL mengalami masalah serupa di Bandar Udara Internasional Logan di Boston, AS. Waktu itu, kebocoran baterai menyebabkan kebakaran, dan petugas pemadam kebakaran butuh waktu 40 menit untuk memadamkan api.

Cairan elektrolit yang sangat korosif ini bisa merusak kabel-kabel dan bagian-bagian lain pesawat. Cairan itu juga bersifat mengantarkan listrik, yang bisa menyebabkan hubungan pendek arus listrik dan kebakaran meluas.

”Kebocoran baterai adalah masalah serius,” tutur Kevin Hiatt, Presiden Flight Safety Foundation di Virginia, AS.

Para pengamat mengatakan, Boeing harus segera menuntaskan masalah ini untuk mengembalikan kepercayaan konsumen akan pesawat terbaru mereka. Hingga kini, Boeing telah menerima 800 pesanan Dreamliner dari seluruh dunia.(AP/AFP/DHF)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com