TOKYO, RABU
Japan Airlines (JAL) dan All Nippon Airways (ANA) memutuskan hal itu setelah satu Dreamliner milik ANA terpaksa mendarat darurat, Rabu pagi, setelah salah satu baterainya terbakar. Ini adalah insiden ketujuh dalam 10 hari terakhir yang menimpa pesawat-pesawat Dreamliner milik JAL dan ANA.
Insiden terbaru dan keputusan pelarangan terbang itu langsung berdampak pada harga saham perusahaan yang terlibat dalam produksi pesawat itu. Saham Toray Industries Inc, yang memproduksi serat karbon untuk membuat bodi komposit Boeing 787, ditutup turun 4,13 persen.
Saham GS Yuasa Corp, yang memproduksi baterai-baterai
ANA adalah pemakai pertama pesawat terbaru produksi Boeing tersebut, dan hingga kini telah mengoperasikan 17 pesawat. ANA dan JAL berniat menjadikan pesawat ini tulang punggung armada mereka di masa depan, dan keduanya telah memesan total 111 unit pesawat.
Hajime Tozaki, pakar penerbangan dari Universitas Waseda, Jepang, mengatakan, Pemerintah Jepang telah mendorong sejumlah perusahaan Jepang terlibat dalam produksi Dreamliner dan bahkan menyebutnya sebagai ”proyek nasional”.
”Kita harus melihat apakah (keputusan) ini akan berpengaruh terhadap perekonomian Jepang, karena banyak perusahaan (Jepang) yang memasok suku cadang 787,” ujar Tozaki.
Insiden itu terjadi saat pesawat dengan nomor penerbangan 692 baru mengudara selama 18 menit dalam perjalanan dari Yamaguchi di Jepang barat menuju Bandar Udara Haneda di Tokyo.
Pilot mengambil keputusan mendarat darurat setelah panel indikator di kokpit menunjukkan ada masalah pada salah satu baterai pesawat.