Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dreamliner Dilarang Terbang, Jepang Terancam

Kompas.com - 17/01/2013, 03:35 WIB

TOKYO, RABU - Keputusan dua maskapai penerbangan Jepang, Japan Airlines dan All Nippon Airways, melarang terbang seluruh armada pesawat Boeing 787 ”Dreamliner” mereka, Rabu (16/1), bisa berdampak terhadap ekonomi Jepang yang sedang dirundung resesi. Banyak perusahaan Jepang terlibat dalam produksi pesawat berteknologi canggih itu.

Japan Airlines (JAL) dan All Nippon Airways (ANA) memutuskan hal itu setelah satu Dreamliner milik ANA terpaksa mendarat darurat, Rabu pagi, setelah salah satu baterainya terbakar. Ini adalah insiden ketujuh dalam 10 hari terakhir yang menimpa pesawat-pesawat Dreamliner milik JAL dan ANA.

Insiden terbaru dan keputusan pelarangan terbang itu langsung berdampak pada harga saham perusahaan yang terlibat dalam produksi pesawat itu. Saham Toray Industries Inc, yang memproduksi serat karbon untuk membuat bodi komposit Boeing 787, ditutup turun 4,13 persen.

Saham GS Yuasa Corp, yang memproduksi baterai-baterai lithium-ion untuk pesawat itu, anjlok 4,46 persen. Penurunan harga saham juga menimpa Fuji Heavy Industries (turun 2,87 persen) dan Mitsubishi Heavy Industries (3,23 persen), semua terlibat dalam produksi 787.

ANA adalah pemakai pertama pesawat terbaru produksi Boeing tersebut, dan hingga kini telah mengoperasikan 17 pesawat. ANA dan JAL berniat menjadikan pesawat ini tulang punggung armada mereka di masa depan, dan keduanya telah memesan total 111 unit pesawat.

Hajime Tozaki, pakar penerbangan dari Universitas Waseda, Jepang, mengatakan, Pemerintah Jepang telah mendorong sejumlah perusahaan Jepang terlibat dalam produksi Dreamliner dan bahkan menyebutnya sebagai ”proyek nasional”.

”Kita harus melihat apakah (keputusan) ini akan berpengaruh terhadap perekonomian Jepang, karena banyak perusahaan (Jepang) yang memasok suku cadang 787,” ujar Tozaki.

Bau hangus

Insiden itu terjadi saat pesawat dengan nomor penerbangan 692 baru mengudara selama 18 menit dalam perjalanan dari Yamaguchi di Jepang barat menuju Bandar Udara Haneda di Tokyo.

Pilot mengambil keputusan mendarat darurat setelah panel indikator di kokpit menunjukkan ada masalah pada salah satu baterai pesawat.

Pada saat bersamaan, pilot dan sebagian penumpang mencium bau hangus, seperti plastik terbakar.

”Ada bau tak enak segera setelah kami tinggal landas, dan sesaat sebelum mendarat darurat ada pengumuman dari pramugari yang suaranya gemetar, jadi saya pikir ini serius,” tutur seorang penumpang kepada TBS TV.

Pesawat kemudian mendarat darurat di Takamatsu, sekitar 680 kilometer sebelah barat Tokyo, pada pukul 08.45 waktu setempat. Seluruh 129 penumpang dan delapan awak pesawat dievakuasi menggunakan perosotan darurat. Lima orang dilaporkan menderita luka ringan.

Pekan lalu, Pemerintah Amerika Serikat memerintahkan pemeriksaan menyeluruh terhadap desain, pembuatan, dan perakitan Boeing 787 untuk mengetahui akar beberapa masalah yang terjadi akhir-akhir ini.

(AFP/AP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com