Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Penyebaran Virus

Kompas.com - 15/01/2013, 03:36 WIB

Hanya dalam waktu tiga bulan, virus flu burung H5N1 varian 2.3.2 yang semula menyerang itik di Brebes, Jawa Tengah, menyebar ke 69 kabupaten/kota di 11 provinsi Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali. Saat ini virus telah mematikan lebih dari 242.000 itik. M Zaid Wahyudi

Gejala itik yang terserang flu burung adalah nafsu makan turun, mata keputihan, leher terputar atau terbalik (tortikolis), kejang-kejang, dan sulit berdiri. Untuk itik petelur, produksi telurnya berkurang drastis secara tiba-tiba.

Virus flu burung dalam konsentrasi tinggi ada pada lendir dan kotoran itik. Kebiasaan itik yang gemar mematuk-matuk bulunya dengan paruh membuat virus banyak berada di bulu itik.

”Dari sini virus menyebar melalui air dan udara,” kata Koordinator Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat, Kementerian Pertanian, M Azhar, di Jakarta, Rabu (9/1).

Itik merupakan binatang air sehingga selalu mencari daerah berair. Karena itu, itik banyak ditemui di sawah berair dan sungai. Kandangnya terletak dekat sungai atau saluran air.

Saat bercampur dengan air, virus di lendir, kotoran, atau bulu itik terbawa aliran sungai. Selama musim hujan, banjir membawa virus menjangkau daerah lebih luas hingga permukiman warga.

Virus bisa bersentuhan dengan unggas lain sehingga meningkatkan risiko penyebaran dan penularan flu burung. Penelitian menunjukkan, flu burung varian 2.3.2 bisa menyerang itik manila (entok) dan ayam kampung. Virus juga bisa menular ke manusia.

Selain terbawa air dan udara, virus juga menyebar melalui perdagangan itik antardaerah dan antarpulau. Menurut Ketua Harian Komisi Nasional Pengendalian Zoonosis (KNPZ) yang juga Deputi Bidang Koordinasi Kesehatan, Kependudukan, dan Keluarga Berencana, Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Emil Agustiono, ”Buruknya kontrol lalu lintas perdagangan itik membuat flu burung cepat menyebar.”

Bioterorisme

Azhar mengatakan, sebelum ditemukan varian virus baru, Indonesia dianggap sukses mengendalikan flu burung karena hanya ada satu virus, H5N1 subkelompok 2.1.3, yang banyak menyerang ayam. Munculnya varian virus 2.3.2 membuat penanganan flu burung makin kompleks.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com