LAIZA, SENIN -
Hal itu disampaikan Kolonel James Lum Dau, juru bicara sayap politik Pasukan Kemerdekaan Kachin (KIA), Senin (14/1). Korban tewas lainnya pria berusia 76 tahun.
Menurut Dau, serangan ini adalah yang pertama kali dilakukan terhadap kota Laiza. Selain tiga orang tewas, empat lainnya dilaporkan terluka.
Sejak bulan lalu, pertempuran antara kedua belah pihak kembali pecah. Militer Myanmar bahkan dikabarkan mengerahkan helikopter dan jet tempur untuk menyerang lokasi-lokasi perlawanan Kachin.
Akhir pekan lalu, pihak KIA mengklaim berhasil menembak jatuh salah satu helikopter militer Myanmar.
Akan tetapi, klaim itu dibantah Pemerintah Myanmar dengan mengatakan helikopter itu jatuh akibat kerusakan mesin dan menewaskan sedikitnya tiga personel militer.
Sementara itu, juru bicara kepresidenan Myanmar, Ye Htut, mengaku belum menerima informasi terkait serangan ke Laiza. Dia menegaskan militer Myanmar tidak akan pernah ”dengan sengaja” mengarahkan
”Kami tidak tahu di mana posisi para korban tewas saat kejadian. Akan tetapi, yang pasti kami tidak akan menyerang atau menembaki warga sipil,” tuturnya.
Menurut kesaksian salah satu personel KIA yang berada di lokasi kejadian, salah satu peluru artileri jatuh dan meledak tidak jauh dari sekumpulan orang yang tengah menghangatkan diri di sekitar api unggun.
Salah seorang dari mereka tewas seketika. Tidak lama, satu peluru artileri lain jatuh di sebuah rumah tempat tinggal remaja yang tewas tersebut.
Menurut La Rip dari organisasi kemanusiaan untuk pengungsi, Relief Action Network for IDP (internally displaced persons) and Refugees, para warga ketakutan dan mengungsi ke wilayah perbatasan dengan China.
”Sekarang ini serangan memang berhenti. Akan tetapi, saya khawatir akan berlanjut lagi. Mereka (militer Myanmar) tak hanya menyerang sasaran militer,” kata Rip.
Menurut Rip, saat ini ada sekitar 20.000 penduduk dan 15.000 pengungsi yang berada di kota Laiza, dan tidak mempunyai pilihan selain mengungsi ke wilayah China.