Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Israel 'Ngotot' Teruskan Rencana Permukiman

Kompas.com - 14/01/2013, 08:05 WIB

KAIRO, KOMPAS.com Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertekad jalan terus dengan rencana pembangunan permukiman Yahudi di lokasi strategis di Tepi Barat. Hal itu disampaikan Netanyahu, Minggu (13/1), beberapa jam setelah pasukan pendudukan Israel dalam jumlah besar menyerbu Desa Bab al-Shams, Tepi Barat. Mereka membongkar perkemahan pro-Palestina dan menangkap 150 aktivis di perkemahan itu.

Aktivis Palestina dan asing itu membangun 40 kemah di Bab al-Shams untuk mencegah rencana Israel membangun permukiman Yahudi di desa itu. Bab al-Shams terletak di dekat Jerusalem Timur, lokasi rencana ribuan unit permukiman Yahudi yang disebut proyek E-1.

Di desa itu tinggal 15 keluarga Badui Arab, terdiri atas 200 orang. Mereka tinggal di Bab al-Shams sejak 80 tahun lalu.

Dalam wawancara dengan Radio Tentara Israel, Netanyahu mengatakan perlu waktu untuk membangun E-1 karena ada prosedur yang harus dilewati. ”Akan tetapi, kami akan menyelesaikan rencana itu dan mulai membangun,” ujarnya.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkali-kali memperingatkan, jika Israel melaksanakan proyek E-1, maka hal itu membuyarkan opsi solusi dua negara. Proyek E-1 akan memisahkan Tepi Barat selatan dan utara, serta memisahkan Tepi Barat dari Jerusalem Timur. Hal ini berarti menggagalkan rencana Palestina membangun negara dengan Jerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Para aktivis mengikatkan tubuh pada kemah mereka, untuk mempersulit pasukan Israel membongkar kemah-kemah itu. Para aktivis itu berteriak-teriak dengan yel-yel ”dengan darah, kami korbankan untuk Palestina”.

Namun, pasukan Israel menggunakan kekerasan menghadapi para aktivis itu sehingga tidak sedikit dari mereka terluka. Sebagian besar aktivis itu kemudian dibebaskan di check point Qalandia dekat kota Ramallah.

Ketua gerakan inisiatif nasional Palestina, Mustafa Barghouti, kepada televisi Aljazeera mengatakan, meski Israel mengusir para aktivis dari Bab al-Shams, insiden tersebut memberi pesan politik, ada perlawanan terhadap pembangunan permukiman Yahudi secara ilegal di tanah Palestina. ”Perlawanan rakyat akan berlanjut dalam berbagai bentuk,” ujarnya.

Barghouti menambahkan, pembongkaran kemah di Bab al-Shams menunjukkan Pemerintah Israel telah menerapkan kebijakan politik apartheid. Padahal, Mahkamah Agung Israel pada Jumat lalu telah mengizinkan kemah aktivis di Bab al-Shams selama 6 hari.

Menurut Barghouti, hukum hanya berlaku untuk warga Israel, tetapi tidak berlaku bagi warga Palestina.

Koordinator komite perlawanan rakyat terhadap pembangunan permukiman Yahudi, Abdullah Rahmah, seperti dikutip Aljazeera, mengungkapkan, sekitar 3.000 pasukan Israel menyerang Bab al-Shams dan mereka memukuli aktivis sehingga banyak yang terluka. Menurut dia, Israel bisa mendobrak Bab al-Shams, tetapi tidak bisa memberangus semangat juang mereka. Ia menegaskan, revolusi Bab al-Shams kini dimulai. (AP/MTH)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com