Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polusi Cekik Beijing

Kompas.com - 14/01/2013, 02:39 WIB

Beijing, Minggu - Warga Beijing yang mengenakan masker, Minggu (13/1), menjalani hari ketiga polusi udara pada tingkat berbahaya. Pemerintah memperingatkan bahwa kabut asap tebal mungkin baru terangkat dari ibu kota China itu pada pertengahan pekan ini.

Kabut asap tebal itu menyelimuti kawasan luas di China utara, membatalkan sejumlah penerbangan. Lalu lintas beringsut karena jarak pandang hanya sampai 100 meter di beberapa tempat.

Warga menghindari bepergian keluar rumah. Gedung pencakar langit yang biasanya menghiasi pemandangan kota menghilang dari pandangan saat mutu udara di kota yang terkenal dengan polusi udaranya itu semakin parah.

Pusat Pemantauan Lingkungan Beijing menyatakan, kepadatan partikel PM2.5 telah melewati 700 mikrogram per meter kubik di banyak bagian kota itu. Badan Kesehatan Dunia menyebut tingkat harian yang aman adalah 25 mikrogram per meter kubik.

PM2.5 adalah partikel polusi udara yang ukurannya lebih kecil dari 2,5 mikrometer, atau sekitar sepertigapuluh rata-rata lebar rambut manusia. Partikel itu bisa menyelusup jauh ke dalam paru- paru, sehingga mengukur partikel itu dianggap refleksi mutu udara yang lebih akurat dibandingkan dengan metode lain.

Badan itu merekomendasikan agar anak-anak dan warga lanjut usia tetap tinggal di dalam rumah, dan warga lain menghindari kegiatan di luar ruang.

Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing juga mengeluarkan data PM2.5 lewat akun Twitter mereka, dan menginterpretasikan data itu berdasarkan standar yang lebih ketat. Dalam periode 24 jam sampai Minggu pukul 10.00, sebanyak 18 dari 24 pengukuran yang dilakukan tiap jam itu angkanya melampaui indeks.

Angka tertinggi adalah 755, sama dengan kepadatan PM2.5 sebesar 886 mikrogram per meter kubik. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS, kepadatan di atas 300 akan menimbulkan peringatan kesehatan ”kondisi darurat”, yang mengancam seluruh populasi.

Angka resmi PM2.5 baru dipantau di kota-kota besar AS sejak awal tahun lalu. Menurut Direktur Lembaga Urusan Publik dan Lingkungan Beijing, Ma Jun, ketiadaan data resmi menyebabkan sulit membandingkan kabut asap saat ini dengan kasus polusi sebelumnya.

”Namun, menarik melihat warga diperingatkan soal bahaya polusi oleh media resmi. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya, dan ini hasil transparansi sehingga kita punya angka itu,” ujarnya.

Walau sebagian warga tinggal di rumah dengan alat pembersih udara dinyalakan, jalanan kota Beijing masih ramai. Lalu lintas di jalan utama tetap padat.

Observatorium

Dari Sydney, Australia, diberitakan, Observatorium Siding Spring, observatorium riset penting Australia, tempat bagi sejumlah teleskop yang digunakan para astronom dari seluruh dunia, rusak sebagian oleh kebakaran hutan. Temperatur udara yang kembali meningkat dan gelombang panas menimbulkan titik api dan kebakaran baru.

Bangunan Observatorium Siding Spring terbakar sebagian. Namun, semua staf dievakuasi sebelum kebakaran dan selamat.

Cuaca ekstrem juga dilaporkan dari California, AS. Warga harus bertahan dari suhu membekukan yang dibawa oleh badai musim dingin.

Badan Cuaca Nasional AS mengatakan, suhu dingin bisa mencapai rekor karena gelombang dingin berlanjut sampai akhir pekan. Peringatan beku dikeluarkan pada hari Minggu untuk kawasan Los Angeles dan San Diego. Suhu sampai minus 11 derajat celsius tercatat di negara bagian yang biasanya cerah itu.

(AP/AFP/DI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com