Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasukan AS Mulai Tiba di Turki

Kompas.com - 06/01/2013, 10:17 WIB

ANKARA, KOMPAS.com - Gelombang pertama dari sebanyak 400 tentara Amerika Serikat mulai tiba di Turki dekat perbatasan Suriah, Jumat (4/1). Mereka adalah bagian dari pasukan AS yang akan mengawaki sistem rudal Patriot untuk menjaga Turki dari kemungkinan serangan udara dan rudal Suriah.

Semua personel militer AS itu akan didaratkan hingga beberapa hari mendatang di Pangkalan Udara Incirlik di Turki selatan. Menurut juru bicara Pentagon, di Washington, Jumat, rudal Patriot dan peralatan pendukungnya baru akan datang beberapa hari lagi. Diharapkan, sistem rudal antirudal tersebut siap dioperasikan pertengahan bulan Januari mendatang.

Semua personel militer AS itu berasal dari batalyon ke-3 dari kesatuan Artileri Pertahanan Udara ke-2 yang bermarkas di Fort Sill, Oklahoma, AS.

Seperti diberitakan sebelumnya, Turki sebagai anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah meminta bantuan rudal-rudal Patriot dari aliansi pertahanan tersebut untuk menjaga perbatasannya. Tiga anggota NATO, yaitu AS, Belanda, dan Jerman, sepakat mengirim masing-masing dua baterai rudal Patriot ke Turki.

Setiap dua baterai rudal Patriot akan diawaki sekitar 400 personel militer.

Rudal-rudal Patriot milik Jerman dan Belanda dikabarkan sudah akan diangkut dari beberapa pelabuhan di Eropa, awal pekan depan. Diperkirakan, rudal-rudal itu membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mencapai Turki.

Satu tim kecil pendahulu dari prajurit Jerman dan Belanda juga akan diterbangkan ke Turki pekan depan untuk mempersiapkan lokasi penempatan sistem pertahanan rudal tersebut.

Amankan perbatasan

Sebagai anggota NATO, Turki meminta bantuan untuk menghadapi ancaman tetangganya, Suriah, yang tengah bergejolak. Permintaan bantuan dilakukan terutama setelah beberapa kali terjadi insiden, seperti jatuhnya sejumlah peluru roket dan artileri Suriah di wilayah Turki.

Beberapa kali militer Turki juga mencegat pesawat tempur Suriah yang terdeteksi terbang mendekati wilayah Turki.

Para menteri luar negeri negara-negara anggota NATO Desember lalu menyetujui permintaan Turki.

Namun, mereka membantah jika penempatan pasukan militer tersebut dilakukan untuk mengintervensi perang saudara yang terjadi di Suriah dan hingga saat ini telah memakan korban jiwa lebih dari 60.000 orang.

Keputusan NATO tersebut dikritik keras tidak hanya oleh Suriah, tetapi juga sejumlah negara sekutunya, seperti Iran dan Rusia.

Pihak NATO sebelumnya menyebutkan, pasukan militer Suriah telah menggunakan rudal-rudal Scud mereka. Mereka juga sangat khawatir Suriah akan menggunakan senjata kimia.

Baterai-baterai rudal Patriot dari tiga negara NATO itu nantinya akan ditempatkan di dekat tiga kota utama di bagian selatan Turki.

Pasukan AS akan ditempatkan di dekat kota Gaziantep, kota berpenduduk 1,5 juta orang dan terletak sekitar 60 kilometer dari perbatasan Suriah.

Sementara pasukan Jerman akan ditempatkan di kota Kahramanmaras, kota di sebelah utara Gaziantep dan berjarak sekitar 150 kilometer dari perbatasan Suriah.

Adapun rudal-rudal milik Belanda akan dipasang di dekat kota Adana, kota terbesar keempat di Turki. Kota tersebut terletak sekitar 100 kilometer dari perbatasan dan merupakan kota terdekat dengan Pangkalan Udara Incirlik.

Jurnalis tewas

Kantor berita Pemerintah Suriah, SANA, mengabarkan, seorang jurnalis stasiun televisi pro-rezim Presiden Bashar al-Assad tewas akibat luka-luka yang dideritanya.

Jurnalis itu tertembak dalam sebuah serangan di kawasan pinggiran kota Damaskus. Jurnalis bernama Suheil al-Ali, yang bekerja untuk stasiun televisi Addounia, itu tewas Jumat lalu karena ditembak seorang ”teroris” saat akan berangkat kerja.

Media propemerintah selalu menyebut pasukan oposisi di Suriah dengan sebutan kelompok teroris.

Dalam perkembangan terakhir krisis di Suriah, sebuah peluru artileri jatuh dan meledak di distrik Bab Tuma, kawasan permukiman warga Kristen di Damaskus. Selain itu, sebuah bom mobil juga meledak di wilayah Rokn Eddin di sebelah utara Damaskus. (AP/AFP/REUTERS/DWA)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com