Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gadis Korban Pemerkosaan di India di Mata Ayahnya

Kompas.com - 03/01/2013, 13:00 WIB

NEW DELHI, KOMPAS.com — Seperti apa sosok gadis korban pemerkosaan di New Delhi, India, di mata ayahnya? Pemerkosaan terhadap gadis itu, yang hingga kini belum diungkap namanya, oleh sekelompok orang di atas sebuah bus kota telah memicu protes besar dan kemarahan luas di India selama dua minggu terakhir.

Ayah gadis itu, dalam sebuah wawancara pertama yang berlangsung emosional, menggambarkan mimpi putrinya yang "pemberani" itu untuk menjadi seorang dokter. Ketika berbicara di desa asal keluarga itu, sang ayah ingat bahwa putrinya merupakan seorang perempuan muda yang baik hati, penuh kasih, dan berdedikasi untuk studinya.

Perempuan berusia 23 tahun itu akhirnya meninggal Sabtu pekan lalu di Singapura karena luka mengerikan dalam serangan selama satu jam oleh sebuah geng di atas bus kota di New Delhi pada 16 Desember lalu.

Kisah gadis itu mengguncang India, sekaligus menyingkap sisi gelap negara itu di mana perempuan kerap mendapat perlakuan kasar dan kekerasan seksual, tetapi sering diabaikan oleh polisi.

Sehari setelah sang ayah membantu untuk menyebarkan abu putrinya di Sungai Gangga, ia mau berbicara didampingi salah seorang putranya. "Dia pemberani, tidak takut, dan bersemangat hidup," katanya BBC berbahasa Hindi. "Dia belajar siang dan malam. Kami bahkan tidak akan tahu kapan dia tidur dan bangun," katanya tentang putrinya itu.

Kemauannya yang keras telah membantu mendorong putrinya itu beranjak dari jajaran kelas menengah bawah ke jenjang pendidikan tinggi.

"Putri saya sangat berkeras pada apa pun yang dia inginkan. Ketika ia dulu pergi ke sekolah saat kelas empat (pada sekitar usia sembilan atau 10 tahun), ada toko manisan di jalan ke sekolah dan jika dia telah membulatkan tekad untuk memiliki manisan, penjaga toko bahkan harus mengalah," katanya.

"Hal yang sama terjadi dalam pendidikan tingginya dan dia melakukan apa yang dia inginkan. Saya ingat bertanya kepadanya suatu kali, 'Siapa teman-teman kamu?' Dia menjawab, 'Ayah, hanya buku-buku teman saya.' Dia selalu ingin menjadi seorang dokter dan yakin tentang hal itu. Karena itulah, kami pindah dari desa ini ke New Delhi untuk memberi anak-anak kami masa depan yang lebih baik."

Keluarga itu bahkan menjual sebagian tanah mereka guna membiayai pendidikannya ketika gadis itu menolak untuk berkompromi tentang impiannya. "Saya mengatakan kepadanya berulang kali bahwa saya tidak mampu membiayai pendidikannya, tetapi dia bergeming," kata ayahnya.

Salah seorang dari dua adik laki-lakinya menggambarkan malam saat mereka menerima telepon yang memberi tahu mereka bahwa saudarinya itu mengalami "kecelakaan". "Dia tidak takut siapa pun," katanya. "Kami tidak pernah bisa membayangkan bahwa nasib seperti itu akan menimpa dirinya."

Rincian terbaru tentang kasus pemerkosaan itu muncul Rabu kemarin saat polisi siap untuk menyampaikan laporan setebal 1.000 halaman ke pengadilan distrik. Laporan itu menggambarkan bagaimana geng itu mencoba untuk melindas gadis itu setelah membuangnya dari dalam bus. Demikian kata sejumlah laporan yang diterbitkan harian di India. Pacarnya berhasil menariknya tepat pada waktunya sehingga gadis itu tidak terlindas. Namun, keluarga gadis itu membantah laporan bahwa mereka tadinya sudah berencana akan segara menikah.

Karena marah atas kasus itu, para pengacara India mengatakan mereka tidak mau membela enam tersangka yang didakwa telah melakukan perkosaan dan pembunuhan dalam kasus tersebut.

Sementara itu, Inggris kemarin memperingatkan para wisatawan untuk menjauhi pusat kota New Delhi. Aksi protes dilakukan hampir setiap hari. "Anda harus menghindari pusat kota sampai situasi menjadi lebih jelas dan berhati-hati untuk menghindari demonstrasi, yang bisa berujung pada kekerasan," kata Kementerian Luar Negeri Inggris.

Peringatan itu memicu reaksi marah para politisi India, yang mengatakan kota itu aman. Mereka menuduh Inggris telah ikut campur dalam urusan dalam negeri India.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com