Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengacara India Tolak Membela Tersangka

Kompas.com - 03/01/2013, 03:20 WIB

New Delhi, Rabu - Para pengacara di pengadilan distrik Saket, Delhi selatan, tempat sidang pengadilan para terdakwa pemerkosa mahasiswi kedokteran akan digelar, menyatakan, mereka tak akan membela para terdakwa tersebut. Sementara itu, fakta baru kasus itu terungkap.

”Kami telah memutuskan bahwa tidak ada pengacara yang akan mengajukan diri untuk membela terdakwa pemerkosaan itu karena kami merasa membela kasus itu adalah tindakan amoral,” kata Sanjay Kumar, seorang pengacara dan anggota Dewan Pengacara Distrik Saket, Rabu (2/1).

Ia mengatakan, 2.500 pengacara di pengadilan itu telah memutuskan ”menjauh” untuk memastikan agar ”keadilan bisa segera ditegakkan”.

Enam tersangka pemerkosa telah ditahan, dan lima orang di antara mereka akan mulai diadili dengan dakwaan pemerkosaan dan pembunuhan di pengadilan Saket.

Tersangka keenam dikabarkan baru berusia 17 tahun, jadi ada kemungkinan dia akan disidang di pengadilan anak yang terpisah. Polisi saat ini sedang melakukan uji tulang untuk menetapkan usia sesungguhnya tersangka itu.

Warga India yang marah menuntut hukuman mati bagi keenam orang itu. Warga menggelar demonstrasi hampir setiap hari sejak pemerkosaan itu terjadi, 16 Desember.

Kasus pemerkosaan di India diancam dengan hukuman penjara maksimum seumur hidup, sementara kasus pembunuhan diancam hukuman mati. Meski demikian, orang berusia di bawah 18 tahun tak bisa dituntut dalam kasus pembunuhan.

Polisi mengatakan, kalau uji itu menetapkan tersangka berusia 18 tahun atau lebih tua, dia akan diperlakukan sebagai orang dewasa. Polisi bersiap menyampaikan dakwaan setebal 1.000 halaman untuk diserahkan pada pengadilan, hari Kamis. 

Menteri Dalam Negeri India Sushilkumar Shinde mengatakan, Selasa lalu, para tersangka menghadapi ancaman hukuman mati jika terbukti bersalah, dengan menambahkan kasus terhadap mereka tampaknya sangat kuat.

Sementara itu, fakta-fakta baru hasil investigasi polisi yang mengungkap detail tragedi pemerkosaan itu makin mengemuka.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com