Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesta Tahun Baru Pertama di Myanmar, Cermin Perubahan

Kompas.com - 02/01/2013, 06:31 WIB

YANGON, KOMPAS.com - Setelah lima dekade di bawah kekuasaan junta militer yang otoriter, untuk pertama kali rakyat Myanmar merayakan pesta malam pergantian tahun secara terbuka. Perayaan dipusatkan di Yangon, kota terbesar di negeri itu.

Sejumlah acara digelar, termasuk pesta kembang api. Hal ini dipandang sebagai bagian perubahan besar yang tengah berjalan di negeri tersebut.

Pada malam Tahun Baru, Senin, hingga Selasa (1/1/2013) dini hari, panitia mengumumkan sedikitnya 90.000 orang berkumpul di lapangan kota Yangon untuk menghitung mundur momen pergantian tahun. Sebagian dari mereka menari mengikuti iringan lagu dari panggung hiburan yang digelar sepanjang malam. Sebagian lagi duduk-duduk beralaskan tikar sambil menyantap hidangan dan minuman yang mereka bawa.

"Ini sangat menyenangkan, pengalaman pertama kami merayakan malam Tahun Baru. Kami merasa seperti tengah berada di dunia yang lain," ujar Yu Thawda, seorang mahasiswa yang hadir bersama tiga rekannya.

Layar raksasa bergambarkan Pagoda Shwedagon didirikan di lokasi. Acara digelar perusahaan penyelenggara kegiatan asal Thailand yang menggandeng mitra lokal. Layar itu menayangkan gambar hitung mundur dan perayaan pergantian tahun di sejumlah negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Indonesia, dan Thailand, sebelum acara hitung mundur di Myanmar.

Para selebritas, penyanyi, dan pemusik hadir meramaikan acara malam pergantian tahun itu. Pesta seperti itu tak pernah terpikirkan bisa terjadi pada masa junta militer berkuasa. Perayaan besar hanya dibolehkan pada peringatan tahun baru tradisional Myanmar setiap April.

Tahun lalu, acara pergantian tahun hanya diizinkan secara tertutup di hotel-hotel, yang hanya bisa diikuti kalangan tertentu. Semasa militer berkuasa, pesta kembang api hanya dilakukan pada peringatan hari angkatan bersenjata negeri itu.

Saling percaya

Pemerintah Myanmar mendorong perayaan terbuka, terutama oleh anak muda negeri itu. Penasihat Presiden Myanmar, Ko Ko Hlaing, bahkan menyebut pesta seperti itu baik untuk membangun pemahaman antara rakyat dan pemerintah.

Presiden Thein Sein menegaskan hal serupa dalam pidato akhir tahun, yang pertama sejak memimpin negeri itu tahun 2010, dan disiarkan melalui radio ke seluruh penjuru negeri.

Dia menekankan, faktor utama suksesnya proses transisi demokrasi di negeri itu adalah rasa saling percaya antara pemerintah dan rakyat. Sejak berkuasa, Thein Sein telah membebaskan ratusan tahanan politik, menghapus sensor media massa, dan membolehkan unjuk rasa.

Namun, masih banyak rakyat Myanmar skeptis dengan semua perubahan itu. Banyak orang mengakui merasa lebih banyak kebebasan. Namun, mereka juga mengeluhkan reformasi yang tak kunjung memperbaiki tingkat kesejahteraan rakyat. Warga di daerah terpencil juga tetap miskin, kekurangan layanan kesehatan, dan hak-hak mereka kerap dilanggar. (AP/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com