Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

India Makin Mengkhawatirkan

Kompas.com - 26/12/2012, 02:32 WIB

New Delhi, SELASA - Eskalasi unjuk rasa memprotes tindak pemerkosaan terhadap seorang mahasiswi di New Delhi, India, semakin mengkhawatirkan. Seorang polisi akhirnya meninggal, Selasa (25/12), setelah menderita luka parah akibat dikeroyok pengunjuk rasa, dua hari lalu.

Subash Tomar (47), nama polisi itu, dikeroyok para demonstran sewaktu bertugas mengamankan unjuk rasa yang berlangsung di Monumen Gerbang India, hari Minggu. Setelah dua hari tidak sadarkan diri di rumah sakit, dia pun meninggal.

Kepolisian India mengatakan bakal menyeret sebagian pengunjuk rasa dengan dakwaan pembunuhan. ”Lebih dari 50 anggota polisi terluka dalam unjuk rasa yang berlangsung hari Minggu,” kata juru bicara kepolisian, Rajan Bhagat, Selasa.

Ribuan orang memadati Monumen Gerbang India untuk berunjuk rasa menuntut agar pemerintah menjatuhkan hukuman mati terhadap enam tersangka pemerkosaan bergilir atas seorang mahasiswi berusia 23 tahun di sebuah bus. Unjuk rasa berubah ricuh.

Selain Subash, seorang wartawan televisi juga tewas terkena tembakan polisi yang mencoba membubarkan aksi unjuk rasa menentang percobaan pemerkosaan seorang aktris lokal di kota Imphal, ibu kota Negara Bagian Manipur, India utara, Minggu.

Unjuk rasa terkait kasus ini masih berlangsung hingga Selasa. Polisi terpaksa menutup beberapa kawasan di ibu kota dengan alasan keamanan. Langkah tersebut memaksa pengunjuk rasa berkumpul di tempat yang berjarak 1 kilometer dari gedung parlemen.

Fasilitas transportasi publik, seperti kereta api, sengaja tidak dioperasikan sehingga warga setempat tak bisa bepergian pada hari Natal.

Selama seminggu, unjuk rasa terus-menerus berlangsung di India dengan agenda memaksa pemerintah menjatuhkan hukuman mati kepada para tersangka pemerkosaan bergilir itu. Media sosial, seperti Twitter dan Facebook, dimanfaatkan untuk mengorganisasi aksi.

Hukuman setimpal

Perdana Menteri India Manmohan Singh meminta masyarakat tetap tenang dan berjanji memberikan hukuman setimpal kepada para tersangka atas kejahatan barbar mereka. Hal senada diutarakan Presiden India Pranab Mukherjee, yang meminta agar kaum muda tetap menghormati hukum saat menumpahkan kemarahan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com