Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Taliban yang Diiris Hidungnya Tak Takut Cermin Lagi

Kompas.com - 20/12/2012, 09:53 WIB

BETHESDA, KOMPAS.com  Perempuan muda yang disiksa secara brutal oleh suaminya di Afganistan setelah ia berupaya untuk melarikan diri dari pernikahan paksa yang penuh kekerasan kini berada dalam proses pemulihan. Para dokter yang merawatnya terus membentuk kembali wajahnya.

Perempuan bernama Aesha Mohammadzai itu, yang yakin dirinya berusia 21 atau 22 tahun, pindah ke AS dua tahun lalu setelah meninggalkan Afganistan yang terkoyak perang dan sekarang sudah enam bulan menjalani operasi di sebuah rumah sakit di Bethesda, Maryland.

Sebagai bagian dari perawatan yang mengubah hidupnya itu, dahi Aesha kini menggelembung dan gelap, segumpal daging yang menjuntai kini menutupi tempat hidungnya dulu berada, sebelum dipotong suaminya.

Namun Aesha, yang belum pernah bersekolah atau merayakan ulang tahunnya, menegaskan bahwa dia tidak lagi takut melihat dirinya di cermin, walau perawatan wajahnya baru setengah jalan. "Saya tidak peduli," katanya kepada CNN, Selasa (18/12/2012). "Semua orang punya masalah. Pada awalnya, saya sangat takut. Saya takut melihat wajahku di cermin. Saya takut memikirkan apa yang akan terjadi pada saya di masa masa depan, tapi sekarang saya tidak takut lagi. Sekarang saya tahu arti kehidupan, bagaimana menjalani hidup. Di sana, saya tidak tahu bagaimana harus hidup."

Para dokter menempatkan sebuah cangkang silikon karet di bawah kulit dahinya dan secara bertahap mengisinya dengan cairan guna mengembangkan kulitnya dan memberi kulit itu jaringan ekstra buat hidung barunya.

Mereka juga telah mengambil jaringan dari lengannya dan mentransplantasikan jaringan itu ke wajahnya guna membentuk lapisan bagian dalam dan bawah hidung, kata para dokter itu kepada CNN.

Langkah mereka berikutnya adalah mengambil tulang rawan dari tulang rusuk Aesha yang berada di bawah payudaranya, yang akan digunakan untuk membentuk hidungnya. Kulit dahinya kemudian akan diambil untuk menutupi struktur tersebut.

Kisah Aesha pertama kali diungkap oleh majalah Time pada Agustus 2010. Majalan itu menerbitkan foto sampul mengerikan tentang dirinya. Foto tersebut membuat ngeri orang di seluruh dunia dan menjadi simbol penindasan terhadap perempuan Afganistan.

Ketika Aesha berusia 12 tahun, ayahnya mengikat perjanjian pernikahan untuknya dengan serorang militan Taliban guna membayar utang. Gadis itu kemudian diserahkan kepada keluarga pria Taliban tersebut yang kemudian menyiksanya dan memaksa dia tidur di kandang dengan hewan.

Namun, ketika Aesha berusaha melarikan diri, ia tertangkap. Hidung dan telinganya lalu dipotong suaminya sebagai hukuman atas upaya pelariannya. Dia dibiarkan mati di pegunungan, tetapi dia mampu merangkak ke rumah kakeknya.

Dia berhasil mencapai fasilitas medis AS di Afganistan. Di fasilitas itu para petugas medis merawatnya selama 10 minggu, dan kemudian dibawa ke tempat penampungan rahasia di Kabul sebelum diterbangkan ke AS oleh sebuah badan amal untuk tinggal bersama sebuah keluarga angkat.

Saat ini Aesha masih lebih suka nonton film Bollywood dari India ketimbang acara televisi Amerika. Dia tiba di Maryland 16 bulan setelah dia datang ke AS dan telah menghabiskan waktu di California dan New York.

Aesha tengah dirawat di Walter Reed National Military Medical Centre di Bethesda, yang diatur untuknya oleh kantor Perwakilan Roscoe Bartlett AS.

Pasangan Mati dan Jamila Arsala telah merawat Aesha di Maryland. Mereka punya seorang putri berusia 15 tahun di Miena Ahmadzai, yang telah menjadi teman baik dengan kakak adopsinya itu.

Namun, rupa Aesha akan terlihat jauh lebih buruk sebelum kemudian akan terlihat lebih baik. Dahinya punya benjolan besar, sementara daging hitam serta terkulai berada di tempat di mana hidungnya seharusnya berada, lapor CNN.

Semula dia diberi hidung prostetik. Operasi plastik secara menyeluruh harus tertunda karena dia masih belum stabil secara emosional untuk menghadapi tindakan operasi yang menyakitkan dan panjang. Aesha dikatakan memperlihatkan suasana hati bergejolak di masa lalu, berosilasi antara amukan kekerasan dan kasih sayang yang mendalam terhadap orang-orang di sekitarnya.

"Apa yang terjadi, itu bagian dari diri saya," katanya kepada CNN. "Tapi saya harus hidup, dan saya harus mencintai."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com