Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ulang Tahun Revolusi Rusuh

Kompas.com - 19/12/2012, 05:20 WIB

nis, selasa - Peringatan ulang tahun kedua revolusi Tunisia yang dipusatkan di kota Sidi Bouzid berakhir rusuh, Senin (17/12). Presiden Moncef Marzouki dan Ketua Parlemen Mustapha Ben Jaafar dilempari batu dan tomat oleh warga. Mereka pun menuntut pemerintahan Marzouki dibubarkan.

Insiden dimulai setelah Marzouki selesai berpidato dan hendak turun dari podium. Jafaar telah lebih dahulu menyampaikan pidatonya. Saat itu ada 5.000 orang berkumpul di lapangan kota Sidi Bouzid yang miskin, yang menjadi pusat perayaan ulang tahun kedua revolusi Tunisia.

Massa pengunjuk rasa tiba-tiba menerobos ke lapangan upacara dan berteriak ”Keluar! keluar!” kepada presiden yang sedang turun dari podium. Dengan pekikan yang sama, mereka dua tahun lalu mengusir Presiden Zine el Abidine Ben Ali. Mereka kini menginginkan pemerintahan Marzouki dibubarkan.

Massa lalu melempari presiden dan ketua parlemen dengan batu, tomat, dan benda lain. Aparat keamanan sempat kewalahan menghadapi pengunjuk rasa. Seperti sikap petugas sebelumnya, massa pengunjuk rasa dibubarkan dengan kekerasan. Bentrokan dengan petugas keamanan tidak terhindarkan.

Kedua pemimpin itu dikawal ketat pasukan keamanan karena emosi massa semakin panas. Rakyat mengeluh tidak ada kemajuan sejak reformasi dimulai, 17 Desember 2010. Sejak Marzouki memerintah, tidak ada perubahan berarti, kemiskinan tak berkurang, dan tingkat pengangguran tinggi. Infrastruktur dasar amat terbatas.

Kemiskinan dan pengangguran adalah faktor kunci di balik aksi protes massal dua tahun lalu. Tanggal 17 Desember 2010 adalah hari bersejarah Tunisia, dipicu aksi bakar diri seorang pedagang buah, Mohamed Bouazizi (27), di luar kantor gubernur untuk memprotes kekerasan yang dilakukan polisi.

Aksi bakar diri Bouazizi menyulut gelombang protes massa di Tunisia dan Afrika utara, atau dunia Arab. Aksi protes ini kemudian dikenal sebagai gelombang ”Musim Semi Arab”. Tuntutan akan perubahan itu kini masih berlangsung dalam bentuk perang saudara di Suriah.

Ketidakamanan dan krisis ekonomi di Eropa telah menghambat pemulihan ekonomi Tunisia setelah resesi tahun lalu. Tingkat pengangguran meningkat 18 persen, terutama di kalangan pemuda.

Hal itu memicu kemarahan dan frustrasi. Bulan lalu, 300 orang terluka ketika aksi protes massa bentrok dengan polisi di Siliana, kota di barat daya Tunis.

Tidak ada perubahan

Marzouki, sekuler dan sekutu kiri tengah Partai Islam Ennahda yang memimpin koalisi berkuasa di Tunisia, menekankan, pemerintahannya tak mempunyai ”tongkat ajaib” untuk mengatasi persoalan negara dengan cepat, termasuk pengangguran. Ia berkali-kali meminta rakyat bersabar dan berjanji melakukan perbaikan ekonomi dalam enam bulan.

”Pemerintah tak mempunyai tongkat ajaib untuk melakukan perubahan. Butuh waktu untuk memperbaiki apa yang telah kita warisi dari era kediktatoran selama 50 tahun,” kata Marzouki, yang disambut cemoohan massa.

Rakyat Tunisia tidak puas dengan gaya kepemimpinan Marzouki yang lamban. Mereka mengeluhkan buruknya infrastruktur dasar dan fasilitas umum yang sangat terbatas.

Warga telah mengejek Marzouki sejak pagi hari saat dia meletakkan karangan bunga di makam Mohamed Bouazizi.

”Orang-orang di pemerintahan bekerja seperti ingin mendorong kita melakukan revolusi baru. Tidak ada yang berubah bagi kami,” kata Midani Khassemi, penganggur yang terluka dalam aksi tahun lalu.

Kelompok radikal tumbuh menguat di Tunisia. Mereka kerap terlibat dalam protes mendorong jatuhnya pemerintah, yang dinilai lamban menanggapi tuntutan rakyat. (AFP/AP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com