Dari hasil studi tersebut, nilai rata-rata siswa untuk matematika 386 atau turun 11 angka dari Trends in International Mathematics and Science Study
Dengan nilai itu, Indonesia berada di posisi ke-38 dari 63 negara dan 14 negara bagian atau wilayah yang disurvei. Adapun untuk sains, Indonesia berada di posisi ke-40. Posisi Indonesia sedikit di atas Maroko dan Ghana untuk sains serta di atas Maroko, Oman, dan Ghana untuk
TIMSS adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama. Studi yang dikoordinasikan The International Association for the Evaluation of Educational Achievement di Belanda ini dilakukan setiap empat tahun, yakni tahun 1995, 1999, 2003, 2007, dan 2011. Indonesia mulai berpartisipasi sejak 1999.
Dosen matematika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Muchlis, memaparkan, 43 persen siswa Indonesia berhasil melampaui batas standar terendah (low
”Nilai terendah itu belum memadai untuk bekal menghadapi kompleksitas dunia masa kini,” kata Muchlis, Kamis (13/12).
Meskipun hasil studi TIMSS ini kurang baik, Muchlis menyarankan agar tidak terlalu fokus pada nilai rata-rata, penurunan, ataupun ranking, tetapi pada persentase.
Setelah menganalisis satu per satu soal matematika di dalam studi TIMSS 2011, Iwan Pranoto, dosen matematika dari ITB, juga menjelaskan, pada soal bagian aljabar dan bernalar hanya sedikit siswa yang bisa menjawab dengan benar. Padahal, soal hitungannya sederhana, tetapi menuntut kemampuan nalar yang tinggi. Dari hasil satu contoh soal ini saja, kata Iwan, terlihat pendidikan matematika di Indonesia selama ini terlalu fokus pada kecakapan teknis dan tidak mampu sampai pada proses bernalar. (LUK)