Dalam pernyataan resmi yang disampaikan di stasiun televisi nasional dan kantor berita SANA, Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut tuduhan penggunaan rudal Scud itu adalah bagian dari konspirasi Barat.
Sehari sebelumnya, para pejabat AS dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyatakan pasukan rezim Suriah telah menembakkan sejumlah rudal Scud untuk menghantam beberapa posisi pasukan oposisi yang tak terjangkau artileri biasa.
Rudal-rudal itu ditembakkan dari daerah tertentu di Damaskus ke arah Suriah utara yang dikuasai para pejuang oposisi.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland bahkan menyebut militer Suriah juga menggunakan bom bakar sejenis napalm, yang bisa menimbulkan kerusakan luas.
Penggunaan rudal dan bom bakar ini menandakan eskalasi serius dalam konflik yang telah berjalan sekitar 21 bulan di Suriah itu.
Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney menolak membenarkan laporan penggunaan rudal Scud di Suriah. ”Gagasan bahwa rezim Suriah akan menembakkan rudal-rudal dalam wilayahnya sendiri, ke arah rakyatnya sendiri, sangatlah mengejutkan, nekat, dan merupakan eskalasi militer yang benar-benar tak proporsional,” ujarnya.
Bersamaan dengan beredarnya kabar mengenai penggunaan rudal tersebut, beberapa pihak mengeluarkan pernyataan soal kemungkinan kekalahan rezim Assad dalam perang saudara dengan pihak oposisi.
Pernyataan pertama disampaikan Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov di Moskwa, Kamis. Ia mengatakan, melihat perkembangan lapangan terbaru di Suriah saat ini, semua pihak tak bisa lagi menutup mata akan kemungkinan kekalahan militer rezim Assad.