Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bopha, Badai Terakhir

Kompas.com - 12/12/2012, 03:23 WIB

Topan Bopha merupakan badai ke-23 dan yang terakhir muncul mengawali musim hujan tahun ini di Asia Tenggara.

Muncul di timur Filipina, 27 November 2012, Bopha atau Pablo, demikian penduduk lokal menyebut, meluruh Minggu (9/12). Dalam pergerakan ke barat sebelum menghilang, topan tersebut dalam beberapa hari ini menimbulkan badai tropis di Laut China Selatan dan hujan sporadis di Jepang.

Siklon tropis merupakan sistem tekanan udara rendah yang terbentuk di daerah tropis. Kondisi cuaca ini berkaitan dengan peredaran Matahari dari utara ke selatan garis khatulistiwa atau sebaliknya. Pada 23 September, Matahari tepat di garis khatulistiwa. Setelah itu bergerak ke selatan.

Siklon tropis bergerak berpusar karena mendapat pasokan uap air dari perairan yang dilewatinya. Fenomena cuaca ini merupakan bagian penting dari sirkulasi udara di atmosfer, yang memindahkan panas dan massa udara dari khatulistiwa menuju garis lintang yang lebih tinggi. Di kawasan tropis ada tujuh lokasi tempat tumbuhnya siklon, timur Filipina salah satunya.

Munculnya siklon tropis di perairan timur Filipina atau barat daya Samudra Pasifik berkisar antara April dan November. Periode ini merupakan musim hujan di Indonesia.

Menurut Fachri Rajab, Koordinator Tropical Cyclone Warning Center Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), di belahan utara khatulistiwa, tepatnya di Samudra Pasifik barat daya, selama 1951-2006, puncak kejadian badai berkisar Agustus-September. Topan Bopha merupakan siklon terakhir tahun ini.

Anomali siklon

Melihat jalur terjangan dan intensitasnya, Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, berpendapat, Bopha merupakan kejadian anomali.

Badai yang muncul di barat daya Pasifik selalu tumbuh di perairan timur Filipina, lalu bergerak ke barat sehingga hampir pasti melalui wilayah Filipina. Setelah itu mengarah ke Vietnam hingga Jepang.

Filipina merupakan batas pertemuan pola angin Pasifik dan Monsun Asia. Menghangatnya suhu laut di Pasifik yang masuk ke perairan Indonesia akan melewati timur dan selatan Filipina. Kondisi ini berdampak bagi cuaca di negara itu.

Selama ini badai terbentuk di atas 10 derajat Lintang Utara (LU) karena pengaruh gerak koriolis bumi. Pemantauan badai kali ini menunjukkan adanya anomali pembentukan badai dan jalur terjangannya.

Badai Bopha terbentuk terlalu selatan atau di bawah 10 derajat LU. Penyimpangan ini, menurut Edvin yang juga pakar meteorologi, ada kaitan munculnya kenaikan suhu muka laut, disebut ”kolam hangat” di utara Papua. Suhu muka laut di kawasan itu di atas normal, yaitu 28,5 derajat celsius.

Beberapa hari lalu, siklon tropis Bopha menguat karena banyak uap air terbentuk dari kolam hangat. Pusat tekanan rendah di utara pulau itu kemungkinan menjadi penyebab pergeseran pola pergerakan badai. ”Biasanya badai melewati Pulau Luzon,” ujar Edvin. Kali ini badai menghantam Pulau Mindanao yang berpenduduk padat.

”Pergerakan badai cenderung ke selatan mendekati kawasan khatulistiwa, diduga kuat berkaitan dengan perubahan iklim,” kata Edvin. Desember tahun lalu Mindanao dilanda badai tropis Washi yang menewaskan lebih dari 1.200 orang dan mengakibatkan ratusan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal.

Hari Sabtu, topan Bopha terus menurun kekuatannya menjadi depresi tropis. Perubahan cuaca ini akan menimbulkan hujan lebat di Filipina utara dan pesisir selatan China.(YUNI IKAWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com