Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hamas Berkeras Tolak Akui Israel

Kompas.com - 09/12/2012, 02:12 WIB

Gaza City, Sabtu - Pemimpin politik Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal, menolak konsesi teritorial apa pun dengan Israel. Hamas juga tak akan mengakui Israel dan tak akan menarik klaim atas seluruh wilayah Israel.

”Palestina adalah tanah dan negara kita, dari laut (Tengah) hingga sungai (Jordan), dari utara ke selatan. Kita tidak dapat menyerahkan 1 inci pun atau bagian mana pun,” ujar Meshaal di depan lebih dari 100.000 warga Palestina yang berkumpul di Gaza City, Sabtu (8/12).

Aksi massa itu digelar untuk memperingati ulang tahun ke-25 Hamas. Kerumunan massa dalam jumlah besar yang menghadiri perayaan itu menjadi puncak kunjungan tiga hari Meshaal, yang kini menetap di Qatar, ke Jalur Gaza.

”Kita tidak pernah mengakui dan memberikan legitimasi atas pendudukan Israel. Hal itu berarti tak ada legitimasi juga untuk Israel, sampai kapan pun,” seru Meshaal.

Dalam pidatonya yang keras dan tanpa kompromi, Meshaal juga berjanji untuk membebaskan semua tahanan Palestina yang ditahan di Israel. Dia mengindikasikan bahwa Hamas akan menculik tentara Israel untuk digunakan sebagai alat penukar bagi pembebasan tahanan Palestina.

”Kita tak akan beristirahat sampai berhasil membebaskan semua tahanan. Cara yang digunakan untuk membebaskan sejumlah tahanan pada masa lalu akan kita pakai juga untuk membebaskan tahanan yang tersisa,” ujar Meshaal, yang disambut sorakan para pendukungnya.

Hal ini mengingatkan pada penculikan Gilad Shalit, anggota wajib militer Israel, oleh Hamas pada 2006. Tahun lalu Israel membebaskan 1.027 tahanan Palestina dari penjara sebagai penukar untuk kebebasan Gilad Shalit, yang ditahan lebih dari lima tahun di Gaza.

Masih terdapat ribuan warga Palestina yang ditahan di Israel. Pemerintah Tel Aviv menyebut mereka sebagai teroris. Adapun Hamas menyebut mereka sebagai pejuang kemerdekaan.

Meshaal juga menyampaikan niatnya untuk menyatukan Palestina dan melakukan rekonsiliasi dengan faksi Fatah yang menguasai Tepi Barat. Meshaal mengatakan, Hamas memandang Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang didirikan almarhum Yasser Arafat—tokoh utama Fatah—sebagai simbol persatuan Palestina dan ”acuan” bagi semua warga Palestina.

”Kita adalah satu otoritas dan acuan kita adalah PLO, yang menginginkan kita bersatu,” ujarnya. Hamas bukanlah anggota PLO, dan pidato Meshaal itu dilihat sebagai upaya Hamas untuk bersatu dengan PLO dan mengonsolidasikan kekuatan semua faksi di Palestina.

Isu rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah menguat seiring dengan kedatangan Meshaal ke Gaza. Hamas sempat berada di atas angin setelah bertahan dari serangan udara Israel selama 8 hari. Pertempuran antara Israel dan Hamas itu diakhiri dengan gencatan senjata dua pekan lalu.

Tak lama kemudian, Fatah juga meraih kesuksesan setelah Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas berhasil memperjuangkan peningkatan status Palestina di Perserikatan Bangsa- Bangsa. Palestina meraih suara mayoritas pada Sidang Majelis Umum PBB untuk menjadi ”negara peninjau non-anggota” dari sebelumnya ”entitas peninjau”. Hal ini dianggap sebagai pengakuan tidak resmi PBB atas kedaulatan negara Palestina.

Hamas berkuasa atas Jalur Gaza tahun 2007 setelah memenangi pertempuran melawan Fatah, menyusul pemilu yang mereka menangi di wilayah itu.

Bendera Hamas

Meshaal lahir di Tepi Barat, tetapi menghabiskan sebagian besar usianya di pengasingan. Meshaal tiba di Jalur Gaza lewat Mesir melalui pintu gerbang Rafah. Kedatangan Meshaal ke Gaza merupakan kunjungan pertamanya ke wilayah itu dan kedatangan pertamanya ke wilayah yang dikuasai Palestina dalam 45 tahun terakhir itu.

Meshaal tiba di panggung di kompleks Al-Qitaba, sebelah barat Gaza City, tempat peringatan ulang tahun ke-25 Hamas. Tempat itu berubah menjadi lautan massa yang mengibarkan bendera Hamas berwarna hijau. Dia didampingi wakilnya, Mussa Abu Marzuk, dan Perdana Menteri Hamas di Gaza, Ismail Haniya.

Perayaan itu berlangsung hanya dua pekan setelah gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir. Sebanyak 174 warga Palestina dan 6 warga Israel tewas dalam pertempuran itu.

”Kami hanya 10 persen dari kekuatan kami dalam pertempuran itu. Jika Israel meningkatkan serangan, kami juga akan membalasnya dengan setimpal. Kami akan memotong tangan mereka yang meningkatkan agresi atas rakyat dan pemimpin kami,” kata juru bicara Brigade Ezzedine al-Qassam, sayap militer Hamas, di depan massa yang berkumpul di sekitar panggung utama.

Peringatan ulang tahun Hamas ini mengundang reaksi Israel. Juru bicara PM Israel Benjamin Netanyahu, Ofir Gendelman, menulis di akun jejaring sosial Twitter bahwa Hamas tengah merayakan ”25 tahun pembunuhan warga Israel dengan roket dan bom bunuh diri, juga mengeksekusi anggota Fatah dan melanggar hak asasi warga Palestina”.

Pasukan keamanan Palestina menjaga ketat lokasi perayaan itu. Mereka menutup jalan di sekitar lokasi sejak pagi. Puluhan anggota Brigade Ezzedine al-Qassam, yang mengenakan penutup muka, mengawasi massa dari atap gedung-gedung di sekitar kompleks Al-Qitaba.

Potret besar pendiri Hamas, Sheikh Ahmed Yassin—yang dibunuh Israel tahun 2004—bersama foto komandan militer Hamas, Ahmed Jaabari, yang tewas dalam serangan udara Israel pada 14 November lalu, berada di panggung utama. Di antara kedua foto itu dipajang replika roket M-75, rudal buatan Hamas, yang diluncurkan ke sejumlah kota di Israel dalam pertempuran bulan lalu. Di latar belakangnya terdapat lukisan Masjid Al-Aqsa. (Reuters/ap/afp/was)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com