Meshaal pulang untuk merayakan peringatan ulang tahun ke-25 Hamas, organisasi politik yang ia pimpin. Seusai mencium tanah, ia langsung maju merangkul Perdana Menteri Hamas di Gaza, Ismail Haniya.
Meshaal didampingi wakilnya, Mussa Abu Marzuk, dan pejabat senior lain. Pasukan militer Hamas dari Brigade Ezzedine al- Qassam menjaga ketat lokasi dan jalan-jalan yang akan dilalui iring-iringan kendaraan Meshaal.
Pria kelahiran Silwad, Ramallah, Tepi Barat, 28 Mei 1956, ini tak pernah mengunjungi Palestina sejak dia pergi ke pengasingan setelah Perang Enam Hari 1967. Ia pernah berencana pulang awal tahun 2012, tetapi tak terwujud.
Kunjungan Meshaal dinilai sebagai langkah berani karena dilakukan hanya dua minggu setelah berakhirnya konflik sengit delapan hari antara para pejuang Palestina di Gaza dan Israel, yang dimulai pada 14 November. Serangan udara Israel saat itu menewaskan komandan militer Hamas, Ahmed Jaabari.
Tidak lama setelah tiba di wilayah Gaza untuk pertama kali, Meshaal dibawa melihat rongsokan mobil yang ditumpangi Jaabari saat ditembak Israel. Rongsokan mobil itu dibawa khusus ke Rafah untuk ditunjukkan kepada Meshaal.
Kelompok militan Hamas telah memerintah Gaza sejak tahun 2007, dan dicap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Uni Eropa, dan AS. Meshaal kini merasakan angin segar berembus di Palestina dan berharap dapat merangkul faksi lain.
”Ada suasana hati baru
Meshaal masuk ke Gaza lewat pintu perbatasan Rafah dari Mesir. Pejabat di Rafah mengatakan, istrinya tiba pada Kamis malam. Meshaal Sabtu besok dijadwalkan bertemu sejumlah anggota gerakan atau faksi lain Palestina dan penduduk Gaza, termasuk keluarga para pejuang yang tewas akibat serangan Israel.