Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pimpinan Hamas di Pengasingan Kunjungi Gaza

Kompas.com - 07/12/2012, 15:14 WIB

GAZA CITY, KOMPAS.com - Pemimpin tertinggi Hamas, Khaleed Meshaal, Jumat (7/12/2012), dijadwalkan mengunjungi Jalur Gaza untuk pertama kalinya. Kunjungan Meshaal ini menjadi pertanda penerimaan kawasan terhadap kepemimpinan Hamas di kawasan yang terisolasi ini.

Meshaal, yang menempatkan dirinya sebagai seorang pragmatis dan mendapat dukungan dari negara-negara penting Timur Tengah seperti Mesir, Turki dan Qatar,  bisa menggunakan kunjungan ke Gaza itu sebagai upaya lobi agar terpilih kembali memimpin Hamas.

Seorang pengamat masalah-masalah Palestina Hani al-Masri meyakini bahwa kunjungan Meshaal ke Gaza ini didukung Mesir, Turki dan Qatar.

"Mesir, Turki dan Qatar menginginkan Khaled Meshaal terpilih kembali menjadi pemimpih Hamas. Alasannya, Hamas adalah seorang moderat yang bisa menjadi jembatan antara Barat dan kelompok-kelompok Islam," kata al-Masri.

Meshaal yang sudah memimpin Hamas sejak 1996, awal tahun ini pernah menyatakan dia tidak ingin terpilih lagi. Sejumlah kalangan menilai kunjungan Meshaal ke Gaza ini bisa menjadi pertanda dia berubah pikiran dan kunjungan ini juga bisa menjadi cara untuk melunakkan hati para pemimpin Hamas garis keras yang pernah berselisih paham dengannya.

Meshaal dijadwalkan melakukan tur tiga hari dengan puncaknya pada perayaan hari jadi ke-25 Hamas yang jatuh pada Sabtu (8/12/2012). Di Jalur Gaza, dia akan mengunjungi kediaman dua tokoh Hamas yang dibunuh Israel yaitu Ahmad Jabari dan pemimpin spiritual Sheik Ahmed Yassin.

Kunjungan bersejarah Meshaal ini terjadi hanya dua pekan setelah serangan delapan hari Israel di Gaza yang merupakan babak paling berdarah dalam sejarang pertikaian Israel-Hamas selama empat tahun terakhir.

Khaleed Meshal lahir di Tepi Barat pada 1956. Lalu dia pindah ke Kuwait pada 1967 setelah Perang Enam Hari. Setelah Kuwait, Meshaal hijrah ke Jordania, tempat di mana keterlibatannya dengan Hamas berawal.

Pada 1997 Israel pernah mencoba membunuh Meshaal di Jordania, namun gagal. Meshaal sempat menghuni penjara Jordania sebelum kemudian dibuang dan pindah ke Qatar.

Meshaal kemudian menjadi pemimpin politik Hamas di pengasingan pada 2004 ketika Israel berhasil membunuh Sheikh Yassin. Hingga Februari tahun ini, Meshaal mengendalikan operasional Hamas dari Damaskus, Suriah. Saat perang saudara semakin sengit, Meshaal akhirnya memilih Qatar dan Mesir sebagai markas besarnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com