Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Tunisia Menolak Mundur

Kompas.com - 01/12/2012, 04:35 WIB

TUNIS, KAMIS - Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali menolak seruan agar dia mengundurkan diri. Ia juga menuduh partai-partai oposisi sayap kiri dan serikat pekerja menghasut kerusuhan di sebuah kota di pedalaman negara itu.

Para pengunjuk rasa dan tokoh politisi sayap kiri Tunisia menyerukan Jebali mengundurkan diri setelah terjadi bentrokan antara demonstran dan polisi di kota Siliana, sekitar 130 kilometer arah barat daya kota Tunis. Tentara terpaksa dikerahkan untuk mengendalikan situasi di kota itu, Kamis (29/11), setelah kerusuhan berkobar sejak Selasa.

”Dalam sebuah sistem demokratis, kita tak memaksa pemerintah turun. Saya tidak akan mundur ataupun membubarkan pemerintahan. Hanya parlemen yang punya wewenang untuk melakukan itu,” kata Jebali dalam jumpa pers, Kamis.

Jebali, yang berasal dari partai Islamis, Enahda, juga mengaku tahu partai-partai oposisi berada di balik kerusuhan di Siliana.

Sekitar 15.000 demonstran turun ke jalan-jalan di Siliana, Kamis. Mereka menuntut pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan dan berinvestasi di wilayah itu serta menuntut gubernur setempat mundur.

Warga dari kota-kota di sekitar Siliana turut bergabung dalam unjuk rasa itu. Bahkan, demonstrasi solidaritas juga berkobar di beberapa provinsi lain dan di ibu kota Tunis. Demonstrasi yang berawal damai berubah jadi rusuh setelah para pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu.

Siliana terletak di pedalaman Tunisia yang miskin dan merasa tak diperhatikan pemerintah pusat. Situasi makin buruk sejak revolusi yang menggulingkan Presiden Zine al-Abidine Ben Ali, Januari 2011. Revolusi di Tunisia itulah yang memicu gelombang revolusi Musim Semi Arab.

Ekonomi Tunisia, yang sangat bergantung pada hubungan dagang dengan Eropa, makin terpukul oleh krisis berkepanjangan di zona euro. Ketegangan politik antara kubu liberal dan Salafi membuat situasi makin keruh.

”Kami tak punya tongkat ajaib yang bisa memuaskan kebutuhan semua orang dalam 10 bulan. Tetapi, kami terbuka untuk berdialog dengan semua pihak,” tutur PM Jebali.

Pertempuran berlanjut

Di Suriah, yang sedang dilanda perang saudara sebagai dampak gelombang Musim Semi Arab, pertempuran terus berlanjut di sekitar Bandar Udara Internasional Damaskus, Jumat (30/11).

Pasukan pemerintah mengklaim telah berhasil mengamankan jalan raya yang menghubungkan Damaskus dengan bandara tersebut. Namun, Komite Koordinasi Lokal—jaringan aktivis oposisi Suriah—melaporkan, pasukan oposisi masih menguasai sebagian ruas jalan utama menuju bandara itu.

Organisasi Pemantau HAM Suriah (SOHR) juga melaporkan, sebuah bus yang mengangkut karyawan bandara dihantam peluru meriam, Jumat. Dua orang tewas dalam insiden itu.

Penerbangan internasional dari Bandara Damaskus mulai dibuka kembali. Maskapai Egypt Air dan Emirates, yang sempat membatalkan penerbangan saat puncak pertempuran, Kamis, kembali melanjutkan operasinya.

Namun, layanan internet dan telepon seluler di Damaskus dan sekitarnya masih putus. Bahkan, kantor berita resmi Suriah, SANA, belum melanjutkan transmisi berita-beritanya hingga Jumat sejak terputus Kamis tengah hari. Situs resmi SANA juga tak bisa dibuka.

Pemerintah Suriah menyatakan, jaringan internet dan telepon seluler tidak aktif karena sedang ada ”perawatan”. Namun, para aktivis oposisi menuduh pemutusan saluran komunikasi itu adalah langkah awal sebelum pasukan pemerintah melakukan ”pembantaian”.

Sementara itu, kelompok sahabat Suriah yang beranggotakan 67 negara kembali menggelar pertemuan. Pertemuan di Tokyo, Jepang, itu mendorong langkah nyata komunitas internasional untuk menghentikan kekerasan di Suriah. (AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com