Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Ada Alasan Tolak Palestina

Kompas.com - 30/11/2012, 06:26 WIB

WASHINGTON DC, KAMIS - Dukungan kepada Palestina untuk mendapatkan status negara peninjau di Perserikatan Bangsa-Bangsa makin kuat. Bahkan, mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menilai tak ada alasan untuk tidak mendukung permintaan Palestina tersebut.

Olmert menilai permintaan Palestina itu selaras dengan konsep dasar solusi dua negara dalam masalah Palestina-Israel.

”Saya meyakini permintaan Palestina ke PBB itu kongruen dengan konsep dasar solusi dua negara. Oleh karena itu, saya tak melihat alasan untuk menentangnya,” tulis Olmert dalam surat elektronik kepada Bernard Avishai, pengamat Israel dari Hebrew University of Jerusalem, yang kemudian menulis soal isi surel itu di koran daring The Daily Beast, Rabu (28/11).

Palestina tengah mengajukan proposal kepada Majelis Umum PBB untuk menaikkan statusnya dari sekadar sebagai entitas peninjau menjadi negara peninjau non-anggota.

Dengan status negara peninjau non-anggota, PBB secara implisit mengakui Palestina sebagai negara berdaulat. Palestina juga akan berhak bergabung dengan organ-organ PBB, mengajukan pinjaman dari Dana Moneter Internasional (IMF), dan mengajukan diri menjadi anggota Mahkamah Kriminal Internasional (ICC).

Peluang bergabung dengan ICC inilah yang ditakuti Israel karena Palestina bisa mengadukan Israel kepada ICC dengan tuduhan kejahatan perang.

Permintaan itu membutuhkan dukungan mayoritas dari 193 anggota PBB dan diperkirakan akan melaju mulus setelah sebagian besar anggota PBB, termasuk negara-negara anggota Uni Eropa, menyatakan akan mendukungnya.

Meski demikian, AS dan Israel terus melancarkan kampanye agresif untuk mencegah pemungutan suara di Majelis Umum PBB terkait permintaan Palestina itu.

AS bahkan mengirimkan Wakil Menteri Luar Negeri William Burns untuk menemui secara pribadi Presiden Palestina Mahmoud Abbas di New York, Rabu, guna membujuk dia membatalkan upayanya. Namun, Abbas menolak permintaan AS itu.

Olmert menilai sudah saatnya dunia memberikan dukungan kuat bagi Palestina.

”Setelah PBB memperkuat landasan bagi gagasan ini, kami di Israel harus terlibat dalam proses negosiasi yang serius untuk menyepakati perbatasan-perbatasan yang telah ditentukan berdasarkan pada tapal batas tahun 1967, dan menuntaskan segera isu-isu lainnya,” katanya.

Olmert, yang pernah menggelar perundingan damai dengan Abbas saat ia menjabat PM Israel pada 2006-2009, menambahkan, resolusi PBB memberi peluang mendukung pemimpin-pemimpin Palestina yang moderat.

”Ini adalah waktu untuk mengulurkan tangan dan mendorong kekuatan di kalangan moderat Palestina. Abu Mazen (nama samaran Abbas) dan (PM Palestina) Salam Fayyad membutuhkan dukungan kita,” tulis Olmert.

Upaya pembaruan

Sekalipun AS dan Israel berusaha menjegal langkah Abbas di PBB, satu per satu negara Barat telah menyatakan akan mendukungnya. Belgia, Austria, Finlandia, Yunani, Eslandia, Irlandia, Luksemburg, Portugal, Malta, dan Rusia menyusul negara-negara lain di Eropa yang sudah menyatakan mendukung Palestina.

Sebaliknya, Inggris dan Jerman menyusul Australia menyatakan akan abstain.

AS berang begitu mengetahui satu per satu sekutunya mendukung usulan Palestina. ”Kami dengan tegas tidak setuju. Mereka mengetahui bahwa kami sangat tak setuju dengan sikap mereka,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengimbau adanya upaya pembaruan dalam mencapai solusi dua negara di Timur Tengah setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas pekan lalu.

PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, permintaan Palestina itu tidak akan mendorong berdirinya negara Palestina.

(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com