Kepastian itu diungkapkan para pejabat Palestina, Sabtu (24/11). Arafat meninggal dalam usia 75 tahun di rumah sakit militer Percy di pinggiran Paris, Perancis, 11 November 2004, sebulan setelah dia mendadak sakit karena kelainan darah.
Sesaat setelah wafatnya, Palestina menegaskan, Arafat meninggal karena dibunuh dengan cara diracun oleh Israel, meski tudingan itu tak disertai bukti. Otoritas rumah sakit militer Percy saat itu menjelaskan, Arafat berpulang karena stroke.
Janda Arafat, Suha, yang terus mencurigai kematian tak wajar suaminya lantas meminta sebuah institut di Swiss melakukan penyelidikan pada barang-barang pribadi Arafat. Para ahli di laboratorium radiologi institut itu menemukan zat beracun menempel di pakaian, sikat gigi, dan tas Arafat.
Laporan lain mengatakan, ahli radiologi Swiss melakukan pemeriksaan laboratorium setelah disewa kru pembuat film dokumenter. Hasilnya, tim ahli itu menemukan zat beracun isotop polonium-210 pada barang-barang pribadi Arafat, salah satunya adalah pakaian Arafat.
Dari bukti itu, Suha dan Zawra–putri Arafat, mengajukan gugatan kepada pengadilan Paris, 31 Juli 2012. Jaksa kemudian mengumumkan dimulainya penyelidikan atas kasus kematian mantan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) itu dalam sidang perdana di Pengadilan Nanterre, Perancis, 28 Agustus.
Tawfiq al-Tirawi, Ketua Komite Investigasi Palestina atas kematian Arafaf, Sabtu, di Ramallah, mengatakan, penggalian makam Arafat adalah ”kebutuhan yang menyakitkan”. Rasanya tak tega untuk membongkar makam bapak bangsa itu. Namun, demi kehormatan Palestina, penggalian dilakukan.
Tirawi mengatakan, Palestina memiliki ”bukti yang menunjukkan Arafat dibunuh Israel”. Sejak Arafat wafat hingga kemudian muncul isu dia dibunuh dengan cara diracun, Israel membantah keterlibatannya.
Menurut Tirawi, para ahli forensik dari Rusia dan Swiss akan bergabung dengan tiga ahli Perancis dalam penggalian makam Arafat, besok. Mereka akan mengambil sampel tulang Arafat untuk diperiksa.
Hasilnya dibandingkan dengan sampel yang telah diperiksa sebelumnya untuk memastikan dugaan adanya kandungan polonium, seperti ditemukan di barang-barang Arafat.
Setelah diambil beberapa sampel tulangnya, Arafat akan dimakamkan lagi pada hari itu dengan satu upacara militer. Namun, lanjut Tirawi, upacara akan tertutup untuk umum. Dia tak mengungkapkan secara pasti kapan hasil pemeriksaan akan diumumkan, kecuali mengatakan, akan makan waktu lama.
Awal bulan ini, para pekerja mulai membongkar makam yang terbuat dari beton di markas mantan presiden pertama Palestina di Ramallah, Tepi Barat. Otoritas Palestina sempat ragu sebelum menyetujui penggalian makam itu karena bertentangan dengan keyakinan dan kepekaan budaya.
Sejak pertengahan November, makam telah dikelilingi dengan terpal biru dan jalan menuju makam Arafat itu ditutup. Para pejabat Palestina mengatakan, mereka tak ingin proses ini diamati media dan pihak lain.
Rencana pembongkaran makam Arafat dan tuduhan keterlibatan Israel dalam kematiannya bisa memicu ketegangan baru antara Palestina dan Israel. Pekan lalu, kedua pihak baru saja menyepakati gencatan senjata setelah pecah pertempuran sepekan penuh di Jalur Gaza.
Pada 2005, surat kabar The New York Times memuat salinan catatan medis Arafat, yang menyebutkan dia meninggal karena stroke yang disebabkan infeksi tak dikenal. Para ahli independen yang meneliti kembali catatan tersebut waktu itu mengatakan, besar kemungkinan Arafat tewas karena diracun.
Arafat masih dihormati secara luas di Palestina. Dia memimpin PLO selama 35 tahun dan menjadi presiden pertama Palestina pada 1996. Dia jatuh sakit dan berobat ke Perancis hingga akhirnya meninggal.