Musthafa Abd Rahman
KOMPAS.com - Secara tak sengaja saat masuk ke sebuah restoran di depan Rumah Sakit Shifa di Gaza City, Selasa (20/11) sore, Kompas melihat dua pria berwajah Asia sedang menyantap syawarma, makanan khas Arab berupa daging sapi atau ayam yang dibalut dengan roti.
”Anda dari Indonesia?” tanya saya. ”Ya, saya dari Indonesia,” ujar salah seorang dari mereka.
Saya agak terkejut mendengar jawaban tersebut. Ternyata di tempat yang rawan perang seperti Jalur Gaza pun terdapat warga negara Indonesia (WNI).
Saya pun langsung duduk semeja dengan mereka dan ikut memesan syawarma untuk segera mengisi perut yang sudah keroncongan. Saya tak sempat makan siang sejak bertolak dari pintu perbatasan Rafah di Mesir menuju Jalur Gaza.
Sambil menikmati makanan, kami mengobrol lebih jauh. Kedua warga Indonesia itu bernama Rochman (28) dan Hussein Muhammad (24).
Mereka mengaku telah tinggal di Jalur Gaza selama dua tahun. Mereka bekerja menyelesaikan pembangunan rumah sakit Indonesia yang terletak di Distrik Beit Lahiya, Gaza City.
Selain membangun rumah sakit, Hussein juga nyambi kuliah di Jurusan Syariah Islamiyah (Hukum Islam) Universitas Islam di Gaza City. Dia sekarang sudah semester IV.
Tak takut
Dari raut wajah mereka sama sekali tak terlihat perasaan takut atau frustrasi di tengah suasana Gaza yang tegang akibat dilanda pertempuran dengan Israel. Sebaliknya, justru terlihat semangat menyala di mata mereka.
”Bekerja di Jalur Gaza atau tanah Palestina adalah sebuah impian bagi saya sejak kecil,” kata Hussein.
Ia melanjutkan, keberadaannya di Jalur Gaza merupakan........(selengkapnya baca Harian Kompas, Senin 24 Novembr 2012, halaman depan)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.