Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NATO Bisa Terjebak Perang

Kompas.com - 24/11/2012, 03:07 WIB

Moskwa, Jumat - Rusia menolak penyebaran rudal Patriot di perbatasan Turki yang mengarah ke Suriah. Moskwa memperingatkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar tidak mengindahkan permintaan Ankara. Dengan menyetujui keinginan Turki, NATO bisa terjebak perang baru di Suriah.

Moskwa, Jumat (23/11), memperingatkan bahwa setiap pengerahan dan penyebaran peluru kendali Patriot oleh Turki di perbatasan dengan Suriah bisa berdampak buruk bagi kawasan. Upaya itu mengundang pengerahan senjata dan memicu satu ”konflik bersenjata sangat serius” yang bisa menyeret NATO.

”Saya memahami bahwa tidak ada yang tega melihat NATO terjebak dalam krisis Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov kepada wartawan, Jumat. Lavrov mengulangi kekhawatiran yang telah disampaikan Kementerian Luar Negeri Rusia sehari sebelumnya.

”Semakin banyak senjata dikumpulkan, semakin besar risiko bahwa senjata itu akan digunakan,” ujar Lavrov. Setiap penumpukan senjata membawa risiko. Senjata bisa menggoda pihak yang ingin lebih aktif, dan senjata dipakai kekuatan luar untuk menyerang ke dalam.

”Setiap pengumpulan senjata menimbulkan risiko bahwa provokasi apa pun bisa memicu konflik bersenjata serius. Kami ingin menghindari semua risikonya,” kata Lavrov.

”Pengerahan militer di perbatasan Suriah-Turki tentu mengkhawatirkan,” kata jubir Kemlu Rusia, Alexander Lukashevich.

Lavrov berbicara setelah Turki mengajukan permintaan ulang kepada NATO agar diizinkan menempatkan peluru kendali permukaan ke udara. Turki ingin melindungi perbatasannya dengan Suriah setelah krisis di negara itu merambat ke negara lain di kawasan, termasuk Turki.

Awal pekan ini, Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan, NATO akan mempertimbangkan permintaan Turki. Penempatan segera dilakukan dan takkan ditunda. Penyebaran peluru kendali Patriot itu, kata Rasmussen, akan meningkatkan kemampuan pertahanan udara Turki guna melindungi dan wilayah Turki.

Rusia berulang kali menolak keinginan negara lain, terutama dari anggota NATO yang ingin memenuhi permintaan Turki menempatkan rudal Patriot di perbatasan dengan Suriah. Ketika tiba di Universitas Zurich, Swiss, Kamis, Rasmussen disambut penolakan 100 demonstran anti-NATO.

Lavrov mengatakan, dia ingin bertemu Rasmussen terkait rencana penempatan rudal Patriot itu. Sebelumnya, Kemlu Rusia mendesak Turki agar berhati-hati. Ankara sebaiknya menggunakan pengaruhnya untuk meredakan konflik.

Bom

Di Suriah, perang masih berlangsung di beberapa tempat. Militer rezim menjatuhkan banyak bom di distrik-distrik di Damaskus selatan, seperti dilaporkan organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia (SOHR). Bom dijatuhkan di Tadamon dan Hajar Aswad, serta di distrik Bab Sreijeh, pusat kota Damaskus.

Di sisi lain, faksi oposisi yang didukung Arab merebut kota Mayadeen di lembah Eufrat.

Lebih dari 40.000 orang tewas dalam 20 bulan kekerasan di Suriah. Krisis yang bermula dengan aksi damai menuntut pergantian rezim Presiden Bashar al-Assad belakangan berubah menjadi perang saudara.

Rami Abdelrahman, Ketua SOHR, mengatakan, antara 10.000 dan 15,000 orang telah ditangkap. Sebuah lembaga pegiat HAM yang berbasis di New York, AS, sebelumnya menyebutkan, 28.000 orang hilang di Suriah.(AFP/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com