KOMPAS.com - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen tidak terima kalau negaranya dianggap memiliki tahanan politik. "Kami cuma punya politisi berperilaku kriminal. Mereka itu yang kini mendekam dalam tahanan," kata Hun Sen di Phnom Penh pada Jumat (23/11/2012), menanggapi permintaan oposisi dan aktivis hak asasi manusia (HAM) terkait pembebasan tahanan politik.
Sebelumnya, Presiden Barack Obama mengharapkan kalau Kamboja melepas para tahanan politik yang menurutnya masih dibui pemerintah. Obama datang ke Kamboja pada Senin (19/11/2012) untuk sejumlah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN, tulis Xinhua.
Menurut Obama, salah satu tahanan politik Myanmar adalah Mam Sonando. Penyiar radio itu sudah mendekam 20 tahun lamanya di penjara lantaran mengkritisi kebijakan pemerintah Kamboja.
Hun Sen berpendapat, para politisi berperkara itu meminta agar dirinya ikut campur. "Tapi, kalau saya ikut campur, hal itu sama artinya dengan mencampuri urusan hukum negara ini. Padahal hukum di sini independen," kata Hun Sen.
Selain Sonando, kelompok HAM mencatat nama Sam Rainsy,mantan ketua kelompok oposisi yang dijebloskan ke penjara in absentia selama 11 tahun. Rainsy yang kini melarikan diri ke luar Kamboja menjadi incaran Vietnam pula.
Menurut catatan terkumpul, Rainsy dituduh membuat peta palsu perbatasan Myanmar dan Vietnam. Ia juga menuduh Deputi Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Namhong sebagai anggota Kamboja Demokratik yang lebih dikenal sebagai rezim Khmer Merah.