Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Menegangkan Menuju Gaza City

Kompas.com - 22/11/2012, 08:33 WIB
Musthafa Abd Rahman

SELASA (20/11) siang, tiba-tiba otoritas Mesir di imigrasi kota Rafah mengizinkan wartawan masuk Jalur Gaza. Sebanyak 12 wartawan dari beberapa negara, termasuk Kompas yang sedang berada di gerbang perbatasan Rafah, langsung menyambut gembira keputusan tersebut.

Kompas saat itu didampingi mahasiswa Universitas Al Azhar asal Indonesia, Saiful Ridjal Ajib.

Seorang pegawai press center di imigrasi kota Rafah bernama Adel Muhammad saat itu langsung memanggil wartawan dan meminta paspor untuk diproses masuk Jalur Gaza. Dalam tempo sekitar 45 menit, urusan paspor selesai. Adel kemudian meminta semua wartawan menandatangani sebuah surat yang isinya menyatakan bahwa masing-masing bertanggung jawab sendiri atas semua yang terjadi pada wartawan bersangkutan selama di Jalur Gaza.

Setelah menandatangani kertas tersebut, para wartawan kemudian dipersilakan menyeberang menuju Jalur Gaza, wilayah Palestina yang menjadi sasaran serangan udara berat Israel sejak pekan lalu.

Sesampai di sisi Palestina, para wartawan harus menjalani pemeriksaan di imigrasi Palestina yang membutuhkan waktu sekitar satu jam.

Setelah urusan imigrasi usai dan kami bersiap menuju Gaza City, Kompas sempat bertanya kepada seorang perwira polisi Palestina tentang cara paling aman menuju Gaza City. Sang polisi hanya mengangkat tangan ke atas sambil mengatakan, ”Hanya Tuhan yang bisa melindungi kita di sini.” Kompas segera memahami bahwa tak ada yang menjamin keamanan di Jalur Gaza.

Kompas langsung naik taksi umum, berupa mobil Mercedes tua warna kuning yang berada di depan pos imigrasi Palestina itu. Taksi yang dikendarai sopir bernama Muhammad (52) melaju dengan cepat sekali menyelusuri jalan utama Rafah-Gaza City yang dikenal dengan nama Jalan Salahuddin itu.

Jarak antara Rafah dan Gaza City hanya sekitar 35 kilometer. Jalan itu beraspal mulus, tetapi agak sempit dengan lebar sekitar 5 meter saja.

Bunyi pesawat

Dalam perjalanan menuju Gaza City itu mulai muncul perasaan tegang karena perjalanan ini berlangsung dalam situasi perang. Bunyi pesawat nirawak milik Israel yang terbang terus-menerus di atas Jalur Gaza itu terus terdengar sejak dari Rafah hingga Gaza City.

Artinya, Israel memotret semua benda yang bergerak di Jalur Gaza melalui pesawat nirawak itu dan tentunya mengetahui persis semua pergerakan lalu lintas, termasuk taksi yang ditumpangi Kompas.

Namun, perasaan saat itu sudah pasrah karena telah menjadi keputusan untuk bertekad masuk Jalur Gaza dalam keadaan perang.

Taksi menyusuri kota demi kota, dari Rafah kemudian melewati kota Khan Yunis. Saat melewati Khan Yunis, perasaan agak tenang karena melihat banyak penduduk kota itu bersantai di depan rumah mereka atau nongkrong di pinggir jalan, seakan tidak ada perang saja.

Selain itu, yang menambah tenang adalah adanya kunjungan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu dan Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi ke Gaza City saat itu. Israel tentu menghentikan gempuran selama keberadaan Menlu Turki dan Sekjen Liga Arab itu di Jalur Gaza. Memang sepanjang perjalanan dari Rafah hingga Gaza City tak terdengar satu pun bunyi ledakan rudal atau bom.

Namun, Kompas sempat panik ketika taksi, setelah melewati kota Khan Yunis, langsung belok ke kanan atau ke arah timur menuju kamp pengungsi Maghazi yang dekat dengan perbatasan Israel. Kompas langsung memprotes sopir taksi, mengapa belok ke kanan, tak langsung ke Gaza City. Sopir menjawab, harus ke kamp pengungsi Maghazi dulu karena harus menurunkan penumpang yang tinggal di kamp pengungsi tersebut.

Setelah menurunkan penumpang di kamp Maghazi itu, taksi langsung meluncur ke Gaza City.

Terlihat sepi

Hanya dalam tempo sekitar 15 menit, taksi sudah memasuki Gaza City. Saat itu sekitar pukul 16.00 waktu setempat (21.00 WIB). Kota itu terlihat sepi sekali dan mulai terlihat beberapa toko dan rumah yang hancur terkena gempuran Israel.

Taksi langsung mengantar Kompas ke Rumah Sakit Shifa di pusat Gaza City sesuai permintaan. Di depan rumah sakit terlihat banyak orang dan aparat keamanan bersiaga. Ternyata saat itu ada kunjungan Menlu Turki ke RS Shifa.

Sesampai di rumah sakit ini mulai ada perasaan aman. Di halaman RS Shifa ternyata banyak tokoh Hamas dan faksi Palestina lainnya yang memberikan keterangan pers kepada wartawan. Di antara tokoh Hamas yang terlihat adalah juru bicara Hamas, Fawzi Barhoum, dan anggota parlemen Palestina, Mushir el-Misri.

Di sebuah restoran di depan RS Shifa, Kompas juga kebetulan bertemu dengan dua warga Indonesia, Rochman dan Muhammad Hussein. Mereka berdua bekerja di rumah sakit Indonesia di Jalur Gaza yang dibangun MER-C (Medical Emergency Rescue Committee) Indonesia.

Kompas dan Saiful Ridjal Ajib kemudian terus bersama dua WNI itu menuju tempat penginapan milik mereka di Distrik Al Rimal, tak jauh dari RS Shifa. Di tempat itulah Kompas menghabiskan malam yang mengerikan di Jalur Gaza.

Berita lainnya dapat dibaca di : Gaza Membara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com