Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/11/2012, 19:17 WIB

KOMPAS.com — Ini bukti bahwa menciptakan lingkungan keluarga yang bahagia sangat penting dilakukan oleh orangtua. Penelitian dari University College London dan University of Warwick yang melibatkan 15.000 anak remaja dan dewasa muda di Amerika menunjukkan, remaja yang bahagia cenderung akan meraih penghasilan lebih besar saat dewasa.

Menurut Dr Jan-Emmanuel De Neve (UCL Political Science) dan Profesor Andrew Oswald (University of Warwick), mereka yang memiliki efek positif yang lebih besar (yang merupakan pengukuran teknis untuk kebahagiaan), atau kepuasan hidup yang lebih tinggi kelak akan memperoleh tingkat pendapatan yang jauh lebih tinggi ketika dewasa.

Peningkatan kepuasan hidup seseorang pada usia 22 tahun ternyata menghasilkan pendapatan yang 2.000 dollar lebih tinggi per tahun pada usia 29 tahun. Inilah puncak dari berbagai pengaruh kebahagiaan terhadap penghasilan.

Apa sebenarnya kaitan antara masa kecil yang bahagia dengan kekayaan ketika dewasa?

Kedua peneliti mengungkapkan bahwa orang-orang yang bahagia cenderung akan meraih gelar kesarjanaan, menemukan pekerjaan, dan dipromosikan lebih cepat daripada rekan mereka yang kurang bahagia. Nah, yang lebih penting lagi, penemuan ini menunjukkan bahwa kesehatan emosional pada anak dan remaja adalah kunci untuk kesuksesan mereka di masa depan.

"Penemuan ini memiliki pengaruh penting terhadap akademisi, pembuat kebijakan, dan masyarakat secara umum. Para akademisi mengungkapkan kemungkinan yang kuat untuk membalikkan sebab-akibat antara penghasilan dan kebahagiaan—hubungan yang paling dianggap searah dan merupakan sebab-akibat. Untuk pembuat kebijakan, mereka menekankan pentingnya mempromosikan kesejahteraan secara umum, bukan hanya karena kebahagiaan adalah apa yang diinginkan masyarakat pada umumnya, tetapi juga karena pengaruhnya secara ekonomis," papar Dr De Neve.

Bagi masyarakat umum, khususnya orangtua, penemuan ini mengungkapkan pentingnya menciptakan lingkungan rumah yang sehat secara emosional. Pasalnya, anak yang bahagia tidak hanya memicu penghasilan yang lebih baik, tetapi juga pendidikan, kesehatan fisik, IQ, keyakinan diri, dan kebahagiaan masa kini yang juga lebih baik. Mereka cenderung memiliki tingkat optimisme dan empati yang lebih tinggi, dan kurangnya karakter neurotisisme.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ini Dia Cara Atasi Anak yang Galak

Ini Dia Cara Atasi Anak yang Galak

Parentopedia
Pusat Pelayanan Autis Denpasar Jadi Pusat Percontohan

Pusat Pelayanan Autis Denpasar Jadi Pusat Percontohan

Parentopedia
Istri Cari Uang, Suami Pengangguran, Apa Solusinya?

Istri Cari Uang, Suami Pengangguran, Apa Solusinya?

Parentopedia
Bebas Layar Elektronik, Anak Tumbuh dengan Kemampuan Sosial Positif

Bebas Layar Elektronik, Anak Tumbuh dengan Kemampuan Sosial Positif

Parentopedia
Studi: Pertumbuhan Anak yang Bebas Bermain Lebih Baik

Studi: Pertumbuhan Anak yang Bebas Bermain Lebih Baik

Parentopedia
Ada Cara Baru untuk Belajar Sambil Liburan di Singapura

Ada Cara Baru untuk Belajar Sambil Liburan di Singapura

Parentopedia
Inikah Seniman Musik Bali Paling Muda?

Inikah Seniman Musik Bali Paling Muda?

Parentopedia
Kapan Anak Harus Mulai Belajar tentang Toleransi?

Kapan Anak Harus Mulai Belajar tentang Toleransi?

Parentopedia
Pintar Berimajinasi, Anak Usia 5 Tahun Ini Ciptakan Kota Lewat Lego

Pintar Berimajinasi, Anak Usia 5 Tahun Ini Ciptakan Kota Lewat Lego

Parentopedia
Tanpa Sosok Ayah, “Single Mom” Juga Bisa Besarkan Anak Laki-laki

Tanpa Sosok Ayah, “Single Mom” Juga Bisa Besarkan Anak Laki-laki

Parentopedia
Beri Anak Asih, Asah, dan Asuh untuk Tumbuh

Beri Anak Asih, Asah, dan Asuh untuk Tumbuh

Parentopedia
Inilah Kelebihan Anak yang Dibesarkan oleh “Single Mom”

Inilah Kelebihan Anak yang Dibesarkan oleh “Single Mom”

Parentopedia
Psikolog: “Single Mom” Tak Perlu Merasa Bersalah kepada Anak

Psikolog: “Single Mom” Tak Perlu Merasa Bersalah kepada Anak

Parentopedia
Baru Usia 3 Tahun, Anak Ini Sudah Pandai Main Bulu Tangkis

Baru Usia 3 Tahun, Anak Ini Sudah Pandai Main Bulu Tangkis

Parentopedia
Bolehkah Ibu Cium Anak di Bibir?

Bolehkah Ibu Cium Anak di Bibir?

Parentopedia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com