Bagaimana keputusan politik dilaksanakan di China, khususnya pergantian kepemimpinan dalam kongres Partai Komunis China yang lalu, tetap merupakan misteri bagi siapa saja. Selama 91 tahun sejarah kekuasaan PKC memang tak ada prosedur baku proses pengambilan keputusan dalam sistem kekuasaan tunggal komunis China.
Masih banyak pertanyaan yang tersisa dari hasil Kongres Ke-18 Partai Komunis China (PKC) yang selesai dengan terpilihnya Xi Jinping sebagai Sekjen PKC, sekaligus Ketua Komisi Militer Pusat (KMP) PKC, menggantikan Hu Jintao. Walaupun beberapa keputusan kongres sudah bisa diprediksi, rinciannya sering kali tidak pernah diketahui sehingga menyulitkan untuk memahami secara utuh intensi perubahan politik yang terjadi.
Sebenarnya ada tiga pertanyaan krusial yang muncul dari kongres tersebut. Pertama, kenapa Hu Jintao melepas jabatan Ketua KMP PKC, jabatan penting setelah Sekjen PKC? Apakah pelepasan jabatan tersebut menunjukkan semakin kuatnya kelompok konservatif di dalam partai pada perseteruan faksionalisme antara ”politik pangeran” (
Kedua, kenapa mantan Presiden dan Sekjen PKC Jiang Zemin (86) yang sudah pensiun selama 10 tahun masih muncul di tengah kongres untuk menentukan kepemimpinan China yang baru? Banyak pengamat melihat, kehadiran Jiang Zemin merupakan proses pelestarian kekuatan konservatif komunis China, menampilkan lebih banyak politikus
Dan, ketiga, hasil kongres PKC kali ini melibatkan apa yang disebut dalam tradisi Tionghoa sebagai
Mundurnya Hu Jintao dari kendali Tentara Pembebasan Rakyat (TPR) adalah bentuk protes Hu terhadap campur tangan Jiang Zemin, Li Peng, dan tokoh-tokoh lain dari kelompok konservatif. Protes Hu juga ditujukan karena tak terpilihnya Wang Yang dan Li Yuanchao masuk ke dalam Komite Tetap Politbiro PKC yang berkurang menjadi tujuh orang.
Dampak kasus Bo Xilai, mantan Sekretaris PKC kota Chongqing, memberi arti luas bagi regenerasi kepemimpinan China, khususnya bagi kaum konservatif PKC. Sudah lama faksi
Hu Muying, misalnya, anak Hu Qianmu yang pernah menjabat sebagai sekretaris Mao Zedong dan anggota Politbiro tahun 1980-an, awal tahun 2011 menyatakan, ”Kita adalah keturunan merah, keturunan revolusi. Kita tak punya pilihan, tetapi khawatir atas nasib partai, negara, dan rakyat. Kita tidak bisa berbalik badan dalam krisis yang dihadapi partai.”