Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Sandy Picu Penurunan Harga Minyak

Kompas.com - 04/11/2012, 21:59 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Badai Sandy yang melanda pantai Timur Amerika Serikat turut menurunkan harga minyak mentah di pasar dunia. Hal ini berdampak pada penurunan harga rata-rata minyak mentah (ICP) Indonesia per Oktober turun 1,17 dollar AS per barrel.

Jika pada September lalu, ICP mencapai 111,02 dollar AS, maka pada Oktober ICP menjadi 109,85 dollar AS per barrel. Hal ini berarti turun 1,17 dollar AS per barrel dibandingkan September yang sebesar 111,02 dollar AS per barrel.

Demikian paparan Tim Harga Minyak Indonesia, dalam situs Direktorat Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, sebagaimana dikutip, Minggu (4/11/2012), di Jakarta.

Tim Harga Minyak Indonesia menyebutkan, penurunan harga minyak mentah Indonesia itu seiring perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional.

Kondisi ini disebabkan beberapa faktor, antara lain pernyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi bahwa Arab Saudi masih memiliki kapasitas produksi 12,5 juta barrel per hari. Bahkan, jika dibutuhkan, negara produsen utama minyak dunia itu siap untuk memasok lebih banyak minyak mentah dari produksi saat ini.

Sementara Badan Internasional Energi (EIA) merevisi proyeksi pasokan minyak mentah global tahun 2012 menjadi 89,17 juta barrel per hari, naik 0,17 juta barrel per hari dibandingkan proyeksi sebelumnya.

Oleh karena pasokan minyak dari negara-negara non OPEC, khususnya dari kawasan Amerika Utara, meningkat.

Laporan EIA menyebutkan, stok minyak mentah komersial AS Oktober 2012 mencapai 375,1 juta barel. Hal ini berarti naik 10,4 juta barrel dibandingkan bulan sebelumnya atau lebih tinggi 33,4 juta barel dibandingkan rata-rata stok 5 tahun terakhir.

Penurunan harga minyak juga disebabkan oleh terhentinya operasi sejumlah kilang di wilayah pantai Timur AS akibat badai Sandy yang melanda kawasan itu. Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh turunnya kegiatan manufaktur di China dalam 2 bulan terakhir.

Hal ini sebagai dampak belum pulihnya ekonomi Eropa dan turunnya nilai ekspor Jepang yang mengakibatkan defisit neraca perdagangan selama 3 bulan terakhir ini. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com