Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Taksi Harus Kontrol Perekrutan Pengemudi Baru

Kompas.com - 02/11/2012, 10:24 WIB
Lariza Oky Adisty

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terjadinya tindak perampokan terhadap Michelle Widyawati dan Ratna Komalasari yang hanya berjarak satu hari menimbulkan adanya kekhawatiran pada masyarakat. Meski demikian Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Niko Afinta meminta agar masyarakat Jakarta tidak lantas menjadi skeptis.

"Terkadang perusahaan taksi sudah ada yang menetapkan aturan tegas, tapi ada oknum-oknum nakal," kata Niko saat dijumpai di Mapolda Metro Jaya, Rabu (1/11/12).

Oknum-oknum yang dimaksud oleh Niko adalah sopir-sopir yang membawa lebih dari satu taksi dari armada yang berbeda dan kerap mempercayakan salah satu taksinya kepada sopir tembak. Niko mengatakan, dari beberapa kasus yang berhasil diungkap, ada beberapa kasus di mana sopir taksinya adalah sopir tembak.

"Namun ada juga yang memang sopir resmi," ujarnya.

Niko juga mengakui bahwa beberapa perusahaan taksi yang tersangkut kasus perampokan bukanlah perusahaan taksi besar. Karena itu Niko mengharapkan adanya kontrol total dari perusahaan-perusahaan taksi saat merekrut pegawai.

Saat merekrut pegawai, kata Niko, perusahaan taksi harus benar-benar memastikan identitas pelamar benar-benar jelas, dengan bukti dari Kartu Keluarga dan surat pengantar RT. Selain itu, kepemilikan SIM juga merupakan hal yang mutlak.

Saat disinggung mengenai peristiwa yang menimpa Michelle dan Ratna, Niko mengatakan bahwa modus yang kerap terjadi adalah korban diarahkan pada titik tertentu. "Bisa berhenti mendadak di lampu merah atau tanah kosong. Berhentinya taksi inilah yang memungkinkan pelaku lain bisa naik, sementara taksi melaju ke tempat-tempat tertentu.

"Biasanya korban dibawa untuk diambil barang-barangnya, serta dipaksa memberikan PIN ATM," ujar Niko.

Tak jarang, dalam aksi perampokan, pelaku turut merampas kartu kredit korban "Kartu kredit ini dibelanjakan hingga mencapai limit," katanya.

Mengenai kecenderungan perempuan yang menjadi korban, menurut Niko, disebabkan karena pelaku memang mencari korban yang lebih lemah. "Karenanya mereka biasa mencari korban perempuan yang naik sendiri atau berdua," kata Niko.

Untuk jam-jam rawan, menurut Niko, berkisar pada waktu sore jelang malam. Sekitar pukul tujuh malam saat jam pulang kerja, begitu juga saat dini hari. Sementara lokasi-lokasi yang rawan adalah daerah yang minim penerangan dan jalan-jalan menuju luar kota. Niko pun tak lupa memberikan beberapa saran kepada masyarakat, terutama yang acap bepergian menggunakan taksi.

"Sebaiknya ambil taksi di tempat-tempat ramai seperti di pusat perbelanjaan yang sudah memiliki koordinasi dengan perusahaan taksi, karena petugasnya pasti sudah mencatat," sarannya.

Niko juga menekankan pentingnya bagi para penumpang untuk mengingat dan mencatat nomor lambung taksi yang ditumpangi. Dia juga mengusulkan pemasangan CCTV di tempat-tempat umum. "Teknologi yang ada sebaiknya kita manfaatkan, apalagi CCTV sekarang harganya sudah lebih terjangkau. Selain itu, sudah terbukti banyak peristiwa kejahatan yang dapat terungkap berkat rekaman CCTV tersebut," kata Niko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com