Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hangatnya Tradisi Halloween ala Jerman

Kompas.com - 31/10/2012, 04:42 WIB

Oleh: Gaganawati 
Kompasiana: gaganawati

Setiap tanggal 31 Oktober malam, rakyat Amerika me¬rayakan Halloween. Biasanya Halloween dirayakan dengan ”trick or treat”, dijahili atau memberi permen dan cokelat.

Di Jerman, ada beberapa golongan masyarakat yang anti-Halloween karena menganggapnya sebagai ajaran setan.

Meski begitu, sejak tinggal di Jerman beberapa tahun lalu, saya mencoba memahami peringatan ini tiap tahunnya. Makna yang saya pegang erat dari Halloween adalah sosialisasi. Ya, mau jadi manusia makhluk sosial selalu.

Seperti di tahun-tahun sebe¬lumnya, tahun ini Halloween akan diperingati di gang kami. Tradisi ini terlihat efektif untuk mengeratkan hubungan tetangga. Karena tak ada arisan seperti di Tanah Air, Halloween menjadi ajang untuk menghangatkan komunikasi antarmanusia di musim semi.

Bayangkan, Halloween dirayakan pada musim yang suhunya rendah hingga harus berjaket tebal dan menutup rapat ujung rambut hingga ujung kaki. Kalau tidak karena keinginan kuat untuk bersosialisasi, pasti tak maulah kami menunjukkan batang hidung ini.

Tugas telah dibagi-bagi, siapa yang masak minuman khas Hallo¬ween, membuat kue dan ”cake” seram, membawa roti untuk ”vesper” (makan malam, dingin), menenteng minuman ringan dan alkohol, serta siapa yang menyediakan tempat.

Sebuah kerja sama apik terlihat di antara rukun tetangga sebuah gang. Saat hari H, biasanya para orang tua berkumpul di meja yang tersedia, sedangkan anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah mengumpulkan penganan dan kembang gula.

Dandanan kami memang serba seram, mulai dari ”make-up” sampai aksesori dan pakaian yang didominasi warna hitam dan oranye ala hantu, labu, nenek sihir, vampir, burung gagak, dan kucing hitam.

Peri¬ngatan Halloween di Jerman ini saya maknai sebagai tempat bertemu para tetangga yang jarang bersua. Urusan soal alkohol, menjahili orang, dan pemujaan setan tak wajib saya ikuti. Memahami Halloween de¬ngan tameng yang diusung dari budaya bangsa sendiri, saya rasa itu lebih baik. [http://kom.ps/ACc51R]

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com