Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penduduk Sydney Lebih Rasis Dibandingkan Melbourne

Kompas.com - 28/10/2012, 15:52 WIB
L Sastra Wijaya

Penulis

SYDNEY, KOMPAS.com - Ketidaksukaan warga Sydney terhadap umat Muslim, lebih tinggi dibandingkan dengan  penduduk Melbourne, walaupun kedua kota sebenarnya berdekatan, sama besar dengan penduduk yang hampir identik.

Padahal, survei terbaru yang dilaporkan oleh situs smh.com.au hari Jumat (26/10), menyebutkan bahwa jumlah warga yang lahir di luar negeri lebih banyak di Sydney dibandingkan Melbourne.
Namun di Melbourne, warga migran ini lebih menyebar sementara di Sydney warga dari kalangan yang sama lebih memilih tinggal berdekatan.

Menurut survei sosial yang melibatkan sekitar 15.000 responden tersebut, 29 persen penduduk Sydney (yang disebut Sydneysiders) memiliki pandangan negatif terhadap Islam, sementara di Melbourne hanya 15 persen.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia, L Sastra Wijaya, sasaran tindakan rasisme di Australia juga berubah, dengan warga India menjadi sasaran ketidaksukaan "spesifik". Sebelumnya ketidaksukaan itu ditujukan kepada warga asal Asia Timur (termasuk India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan).

Dalam 10 tahun terakhir, Australia kedatangan sekitar tiga  juta migran baru. Sekarang India menjadi salah satu sumber migran utama disusul China, sementara 10 tahun lalu, sumber utama migran adalah Inggris.

Data yang dirilis hari Jumat, sebenarnya adalah data yang sudah dikumpulkan selama bertahun-tahun oleh Universitas Monash di Melbourne, serta mendapatkan dukungan dari Yayasan Scanlon dan Yayasan Multikultural Australia.

Survei ini juga mengungkapkan kekhawatiran dan aspirasi warga Australia pada umumnya.
Ekonomi, kualitas para politisi dan kedatangan pencari suaka, merupakan tiga masalah serius yang dihadapi oleh Australia.

Khusus untuk pencari suaka, hanya 6 persen penduduk yang menyebutkan bahwa pemerintahan saat ini, Partai Buruh, memiliki kebijakan yang tepat, dengan 66 persen menyatakan ketidaksetujuan dengan kedatangan para pencari suaka tersebut. Hanya 25 persen yang setuju agar para pencari suaka tersebut mendapatkan status permanen di Australia.

Namun tidak semua pandangan negatif. Dalam pernyataan: "Australia adalah tanah penuh harapan dimana dalam jangka panjang, kerja keras akan membuahkan kehidupan lebih baik." kebanyakan warga setuju.

Dan rasa optimisme ini lebih banyak di kalangan mereka yang berbahasa selain Inggris di rumah.
"Kebanyakan imigran ini lebih positif mengenai Australia, dibandingkan mereka yang lahir di Australia, karena asal migran tersebut sebelumnya." kata penulis laporan, Andrew Markus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com