Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jam Malam Diterapkan di Dua Kota

Kompas.com - 25/10/2012, 08:23 WIB

YANGON, KOMPAS.com - Otoritas Myanmar, Rabu (24/10/2012), memberlakukan jam malam di dua wilayah di Negara Bagian Rakhine setelah kerusuhan bernuansa sektarian meluas.

Kepastian tentang pemberlakuan jam malam itu disampaikan oleh Hla Thein, juru bicara Pemerintah Rakhine. Menurut dia, jam malam diterapkan di dua kota bermasalah, Minbya dan Mrauk Oo, sejak Senin. Sejumlah saksi mata menyebut adanya penambahan pasukan polisi bersenjata di kedua kota tersebut.

”Namun, saya tidak yakin situasi akan kembali normal lagi di desa-desa sekitar wilayah kerusuhan di Mrauk Oo,” ujar Mya Thein, pensiunan guru.

Seperti diwartakan, dalam kerusuhan itu, tiga orang dilaporkan tewas, sementara ratusan rumah penduduk ludes terbakar. Meski demikian, jumlah korban tewas, luka, bahkan lokasi kejadian kerusuhan terkesan masih simpang siur.

Dari pemberitaan media resmi Pemerintah Myanmar, jumlah korban tewas disebut hanya dua orang dengan delapan orang terluka. Jumlah rumah yang terbakar dilaporkan sebanyak 1.039 unit.

Terkait jumlah korban tewas, beberapa kalangan meyakini angkanya jauh lebih besar daripada yang disebutkan selama ini. Sedangkan terkait lokasi kejadian, juru bicara lain Pemerintah Rakhine, Myo That, menyebut kebakaran akibat kerusuhan terjadi di kota Myebon dan Kyauk Phyu.

”Terjadi kerusuhan (Selasa) malam kemarin. Banyak rumah dibakar di kota Myebon dan Kyauk Phyu. Saya tidak tahu berapa banyak korban tewas akibat bentrokan itu. Kedua belah pihak saling menyerang pada malam hari ketika situasi gelap,” ujar Myo That.

Menentang Rohingya

Di tengah situasi panas ini, sekitar 800 mahasiswa berunjuk rasa di ibu kota Rakhine, Sittwe, Rabu, untuk menentang keberadaan warga Rohingya di daerah itu.

Para demonstran meneriakkan desakan untuk ”mengakhiri menuntut ilmu bersama para teroris Bengali”. Warga Rohingya memang kerap disebut sebagai orang Bengali oleh mayoritas orang Myanmar.

Selama ini, baik pemerintah maupun warga mayoritas Myanmar menganggap warga Rohingya bukan bagian dari negeri itu. Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyebut Rohingya sebagai kelompok minoritas paling teraniaya di dunia.

Juni lalu kawasan Rakhine juga diguncang kerusuhan yang melibatkan warga etnis minoritas Rohingya dan warga etnis mayoritas Arakan. Dalam kejadian pertama itu, sedikitnya 80 orang dari kedua pihak tewas.

Selain itu, ribuan rumah penduduk dan sejumlah bangunan lain juga ikut hancur terbakar.  (REUTERS/AFP/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com