Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rakhine Kembali Rusuh

Kompas.com - 24/10/2012, 02:18 WIB

YOGYAKARTA, KOMPAS - Pemerintah Indonesia mengaku prihatin dan menyesalkan kerusuhan yang kembali terjadi dan bahkan sampai memakan korban jiwa di Negara Bagian Rakhine, Myanmar barat. Dalam kerusuhan terbaru itu, sedikitnya tiga orang tewas.

Keprihatinan itu dilontarkan Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Selasa (23/10), seusai menggelar pertemuan bilateral dengan Menlu Malaysia Dato’ Sri Anifah bin Haji Aman di Yogyakarta.

”Sejak awal kami sudah melihat persoalan ini akan banyak memicu tantangan dan juga bakal terjadi pasang surut. Sekarang tinggal pemerintahnya (Myanmar) apakah masih punya kemauan menuntaskan konflik horizontal itu. Intinya, masalah apa pun harus diselesaikan lewat dialog dan rekonsiliasi,” kata Marty.

Kerusuhan bernuansa sektarian kembali terjadi antara etnis minoritas Rohingya dan warga mayoritas Arakan (nama lain Rakhine) di kota Min Bya. Tiga orang dilaporkan tewas, terdiri atas seorang warga Arakan dan dua warga Rohingya, sementara 300 rumah penduduk di kawasan itu ludes terbakar.

Penjelasan resmi tentang insiden kerusuhan itu diumumkan pemerintah setempat, Selasa. Menurut Kepala Kejaksaan Rakhine Hla Thein, kerusuhan yang memakan korban jiwa itu terjadi sejak Minggu malam dan berlanjut hingga Selasa pagi di Desa Pandeinkone dan desa-desa sekitarnya.

Aparat kepolisian setempat mengakui gagal menghentikan kerusuhan yang meluas meski telah menetapkan jam malam. Akan tetapi, menurut juru bicara Pemerintah Rakhine, Myo That, jumlah aparat keamanan yang diterjunkan ke lokasi kerusuhan sudah mencukupi. Dia belum tahu pasti apakah jumlah korban tewas dan luka telah bertambah.

Tidak diakui

Pasca-kerusuhan bernuansa sektarian di Rakhine, Juni lalu, lebih dari 50.000 warga minoritas Rohingya dan 10.000 warga mayoritas Arakan di seluruh wilayah Rakhine terpaksa diungsikan.

Pemerintah Myanmar memang tidak pernah mengakui keberadaan warga Rohingya sebagai kelompok etnis yang diakui resmi di negara itu.

Mereka dianggap sebagai imigran ilegal, baik oleh pemerintah maupun warga mayoritas di Myanmar. Di ibu kota Rakhine, Sittwe, warga Rohingya tinggal di tempat-tempat kumuh yang dipagari kawat berduri dan dijaga ketat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com