Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Damaskus ke Beirut

Kompas.com - 22/10/2012, 02:30 WIB

Oleh Trias Kuncahyono

Ketika bom mobil meledak di wilayah Ashrafiyeh, Beirut, Lebanon, Jumat lalu, segera muncul pertanyaan: akankah Lebanon kembali ke masa tahun 1970-an ketika negeri itu dicengkeram perang saudara? Pertanyaan itu semakin kuat setelah disiarkan bahwa salah satu korban adalah Kepala Intelijen Lebanon Brigadir Jenderal Wissam al-Hassan.

Inilah ledakan bom mobil pertama dalam ukuran besar sejak ledakan bom mobil, 14 Februari 2005, yang menewaskan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri. Menurut hasil investigasi PBB, yang dipimpin seorang hakim dari Jerman, Detlev Mehlis, pembunuhan itu melibatkan Suriah dan sejumlah pejabat Lebanon. Pembunuhan terhadap Hariri itulah yang memicu lahirnya Revolusi Cedar dan mundurnya Suriah dari Lebanon.

Kini, tewasnya Wissam al-Hassan memunculkan kecurigaan serupa. Apalagi, Wissam al-Hassan, misalnya, selama ini dikenal sebagai tokoh yang sangat antirezim Suriah pimpinan Bashar al-Assad. Secara politik, Wissam al-Hassan adalah sekutu mantan PM Lebanon Saad Hariri yang memimpin Gerakan Masa Depan Sunni. Selain itu, Wissam al-Hassan juga ambil bagian, bahkan memainkan peran penting dalam penahanan terhadap Michel Samaha, Agustus lalu. Michel Samaha adalah mantan menteri dan sekutu dekat Bashar al-Assad. Ia dituduh terlibat dalam serangkaian pengeboman di Lebanon atas nama Suriah. Tetapi, Suriah membantah tuduhan itu.

Sangat wajar bahwa muncul tudingan ada tangan Suriah di balik pembunuhan Wissam al-Hassan. Apalagi, sekarang situasi di Suriah semakin buruk, baik secara ekonomi, politik, maupun keamanan. Perang saudara di Suriah sepertinya melintasi perbatasan dan masuk ke negara tetangga. Ada mortir yang jatuh ke wilayah Turki bagian selatan, dan menewaskan penduduk sipil. Insiden itu memancing Turki menjawabnya dengan serangan artileri ke wilayah Suriah. Jordania harus bersusah payah menerima limpahan hampir 200.000 pengungsi. Tembakan mortir ada juga yang nyasar ke Dataran Tinggi Golan, wilayah Suriah yang dikuasai Israel.

Tewasnya Wissam al-Hassan, memang, bisa memiliki dampak yang sangat membahayakan. Mayor Jenderal Ashraf Rifi, yang bertanggung jawab atas keamanan dalam negeri Lebanon, dalam wawancara dengan New York Times, meyakini bahwa Wissam al-Hassan menjadi sasaran karena kasus Michel Samaha. Wissam al-Hassan juga dipadang sebagai tokoh yang ingin memotong tangan-tangan Suriah di Lebanon. Itulah sebabnya peledakan bom mobil tersebut bisa-bisa memancing munculnya konflik sektarian: Sunni dan Syiah, seperti yang terjadi di Tripoli, Lebanon utara. Apalagi di Lebanon ada kelompok Hezbollah dukungan Suriah.

Bila hal itu terjadi, tentu ini akan menjadi cerita buram bagi Lebanon, yang sekarang sedang mulai hidup normal; mengubur permusuhan dan menyingkirkan konflik sektarian. Persoalannya, apakah Damaskus rela melihat Beirut aman dan tenteram, sementara mereka bersimbah darah, hancur berantakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com