Pemilik Newsweek, Barry Diller, Ketua IAC/Interactive Corp, pada Juli lalu sudah mulai mengeluh tentang biaya percetakan. Perusahaan diduga mengalami kerugian 40 juta dollar AS karena penurunan iklan dan pelanggan.
Berpindah dari edisi cetak ke digital mungkin mengatasi masalah yang menimpa Newsweek, kata Tom Rosenstiel, Direktur Project for Excellence in Journalism dari Pew Research Center di Washington. ”Masalah Newsweek adalah terlalu fokus mencari pelanggan tetap yang sulit diraih,” kata Rosenstiel.
Sejumlah industri penerbitan memang mengalami penurunan sepanjang semester I-2012. Oplah majalah Fortune, Time, dan People juga anjlok.
”Pertanyaan bukan soal apakah, tetapi kapan beralih ke digital. Pembaca yang menginginkan ini,” kata Tina Brown, Pemimpin Redaksi Newsweek, menjelaskan pengalihan dari edisi cetak ke digital.
Didirikan 1933 oleh Thomas JC Martyn, mantan editor Time, majalah Newsweek pernah menjadi majalah yang ditunggu-tunggu bersama Time. Warga rela menunggu selama seminggu hanya untuk menunggu apa gerangan yang akan disajikan Newsweek.
Menurut Brown, majalah Newsweek akan tampil secara digital dengan nama baru Newsweek Global dan pembacanya harus berlangganan. Hanya sebagian isi Newsweek Global yang ditampilkan di situs portal berita The Daily Beast. Newsweek merger dengan The Daily Beast pada tahun 2010, dan kini dua-duanya dipimpin Brown.
Keputusan itu mengakhiri 79 tahun usia majalah yang pernah menjadi saingan utama majalah Time itu. Pelanggan majalah ini sempat mencapai 3,15 juta orang pada puncaknya tahun 2000. Namun, kini pelanggannya tinggal 1,5 juta orang.
Sebelumnya, majalah US
Meski demikian, keputusan terbaru Newsweek itu dipandang tidak merefleksikan kondisi kesehatan industri majalah di AS secara keseluruhan.