Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Menjadi Tangisan Terakhir Kami

Kompas.com - 13/10/2012, 03:22 WIB

Ayu Sulistyowati

Tangisan pecah saat korban, keluarga, kerabat, dan sahabat menaburkan bunga jepun ke kolam saat peringatan 10 tahun bom Bali di kawasan Garuda Wisnu Kencana, Bali, dimulai, Jumat (12/10). Mereka berpelukan. Janji mereka sebagai tangisan terakhir.

Made Bagus Arya Dana (11), pun tak lagi menitikkan air mata ketika mengenang ayahnya. Bersama ibunya, Ni Luh Erniati, ia meletakan bunga kenangan itu dengan tenang dan senyum.

”Aku mulai mengerti apa yang terjadi. Aku bisa merasakan pedihnya hati bunda. Aku menyadari betapa ayah tak akan pulang. Aku berjanji mengakhiri penantian sampai di sini,” kata Arya Dana lantang di depan tamu undangan, membacakan puisi untuk ayahnya.

Ia berjanji tidak lagi mengulang-ulang pertanyaan kepada ibunya mengapa ayahnya tidak pulang-pulang. Sepanjang peringatan sekitar dua jam, Arya duduk tenang di samping sang ibu mengikuti acara tersebut.

Semangat hidup

Ratusan keluarga, kerabat, dan korban duduk berdampingan mengikuti peringatan yang dihadiri Perdana Menteri Australia Julia Gillard dan mantan Perdana Menteri Australia John Howard. Hadir pula pemimpin oposisi Australia Tony Abbott, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Murray McCully, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, Duta Besar Australia Greg Moriarty, Kapolda Bali Irjen Budi Gunawan, dan Pangdam IX/Udayana Mayjen Wisnu Bawa Tenaya.

Dalam pidatonya, Gillard menyerukan semangat hidup bagi seluruh korban dan keluarga agar lebih kuat. Bahkan, selama 10 tahun berlalu mampu membuktikan betapa makin kuat persaudaraan di antara negara para korban. Ini membuktikan serangan terorisme melalui ledakan dahsyat di Kuta tidak mampu meruntuhkan toleransi umat manusia di seluruh dunia.

”10 tahun kita bersama menyaksikan hadirnya keberanian lain. Keberanian itu muncul dari para korban selamat dan keluarga korban,” kata Gillard.

Karena itu, ia mengajak semua tetap bangkit. Bahkan, ia mengimbau agar bersatu melawan terorisme dan radikalisme. Kerja sama selama 10 tahun ini membuktikan gagalnya aksi-aksi terorisme di mana pun.

Gillard berterima kasih kepada semua pihak yang dengan cekatan menangani segala urusan. Ia pun berterima kasih kepada mantan Perdana Menteri John Howard, Pemprov Bali, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, dan Pemerintah Indonesia.

Seruan serupa dikatakan Marty Natalegawa dan Made Mangku Pastika. Keduanya menyatakan terorisme tak mampu menodai toleransi yang terbangun, khususnya di Bali.

Air mata

Ratusan tempat duduk berselubung putih di halaman Garuda Wisnu Kencana hampir dipenuhi tamu undangan. Gerimis dan pelangi mengawali peringatan itu. Tidak sedikit keluarga yang datang dari sejumlah negara itu menitikkan air mata. Beberapa dari mereka berpegangan tangan ketika himne Amazing Grace yang dinyanyikan Bali Community Choir.

Ketatnya penjagaan ribuan personel Polri, TNI, dan polisi Australia tak mengurangi heningnya upacara sekitar dua jam itu. Bahkan, puluhan media cetak dan elektronik dari beberapa negara seakan tak ingin melewatkan liputan peringatan bom Bali yang terakhir diadakan Pemerintah Australia itu.

Dua puluh satu lilin sesuai jumlah asal negara korban terus menyala. Api lilin itu pertanda tidak pernah matinya semangat menjaga kebersamaan melawan terorisme.

Peledakan bom itu terjadi pada Sabtu malam, 12 Desember 2002, di Sari Club dan Paddy’s Pub, Kuta. Sebanyak 202 orang menjadi korban, di antaranya 88 orang dari Australia, 38 orang dari Indonesia, dan 23 orang dari Inggris. Nama mereka terukir pada Monumen Tragedi Peledakan Bom Bali 12 Oktober 2002 di Kuta. Luka masih membekas pada tubuh korban yang selamat. Mereka berharap ada keringanan biaya berobat jalan. (COK/WHY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com